eunike-Teacher-english-ielc-pose-smile

Take care of yourself, teachers! 10 Strategi untuk meningkatkan kesejahteraan mental diri sendiri

Dear teachers

Kita semua mengerti betapa luar biasa dedikasi teachers kepada generasi muda dalam membentuk pemikiran dan mempersiapkan mental mereka menjadi dewasa yang tangguh dan berbudi pekerti. Namun apakah teachers juga menyadari untuk merawat mental sendiri?

Merawat diri sendiri dan memelihara kesehatan mental bukanlah hal yang egois. Sebaliknya hal tersebut bisa menjadi  kunci untuk menciptakan lingkungan kelas yang luar biasa.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi pentingnya memprioritaskan kesehatan mental teachers sebagai pendidik dan memberikan strategi praktis untuk membantu teachers meningkatkan kesehatan mental, meremajakan semangat, dan pada akhirnya menumbuhkan pengalaman mengajar yang luar biasa.

Mengapa self-care penting bagi teachers?

Mengajar adalah profesi yang sangat bermanfaat, tetapi juga memiliki tantangan yang unik sekaligus tanggungjawab yang besar.. Tuntutan akan perencanaan pembelajaran, tanggung jawab mengelola kebutuhan siswa dan menangani tanggung jawab administratif dapat jika bertumpuk-tumpuk tanpa tata kelola emosi tentu saja dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosional teachers. 

Dengan menyadari pentingnya self-care, sebenarnya teachers berinvestasi dalam menjadi versi terbaik bagi diri sendiri dan juga siswa.

Yuk, bersama-sama kita mengeksplorasi 5 strategi yang bisa teachers terapkan untuk meningkatkan kesejahteraan mental diri sendiri!

1. Sempatkan waktu “me time” setiap hari 

Di tengah jadwal yang sibuk, penting untuk mengukir saat-saat kesendirian. Temukan saat-saat tenang untuk berefleksi, mengisi ulang, dan menyegarkan pikiran, tak harus lama, bisa 10 menit hingga satu jam, sesuaikan dengan kesibukan harian! Baik itu menikmati secangkir teh yang damai, berjalan-jalan di alam, atau terlibat dalam hobi yang teachers sukai, saat istirahat ini akan membantu menemukan keseimbangan dan mengisi kembali energi teachers.

Ingat, untuk mengasuh orang lain secara efektif, pertama-tama kita harus mengasuh diri kita sendiri. Dengan mendedikasikan waktu untuk self-care setiap hari, teachers tidak hanya membina hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri, tetapi juga meningkatkan kemampuan teachers untuk mendukung dan menginspirasi siswa. 

Bagaimanapun, guru yang dirawat dengan baik adalah guru yang akan memiliki performa lebih baik. Jadi, lanjutkan menghadiahi diri sendiri waktu setiap hari. You deserve it. 

2. Sayangi diri 

Berbaik hatilah pada diri sendiri. Akui bahwa teachers hanya manusia biasa dan normal untuk mengalami stres dan tantangan. Sebagai pendidik, kita bisa menjadi pengkritik terberat diri sendiri. Pelajaran yang tidak berjalan sesuai rencana atau interaksi yang sulit dengan orang tua dapat membuat kita mempertanyakan kemampuan kita. Selama saat-saat ini, ingatlah untuk bersikap baik kepada diri sendiri. Ketahuilah bahwa kesalahan bukanlah kegagalan pribadi tetapi peluang untuk tumbuh dan belajar.

Perlakukan diri dengan kasih sayang dan pengertian yang sama seperti yang teachers berikan kepada siswa selama ini. Rayakan kesuksesan setiap kali teachers mencapainya. Belajarlah dari kegagalan, peluklah kesalahan seperti yang selalu teachers ajarkan kepada siswa di kelas. Dan yang terpenting jangan sekali-sekali menganggap merawat diri sendiri adalah sebuah kemewahan,  self-care adalah sebuah kebutuhan.

3. Kembangkan hubungan yang mendukung

Terhubung dengan sesama pendidik yang memahami kegembiraan dan perjuangan unik dari profesi guru. Rekan-rekan sesama pendidik adalah mereka yang memahami benar naik turunnya semangat dalam profesi pendidik. Mereka juga telah merasakan suka cita dari momen terobosan yang berhasil diterapkan di kelas, frustrasi, rintangan administrasi dan juga semangat kegembiraan menyaksikan ruang kelas menjadi hidup dalam proses pembelajaran. 

Kelilingi diri dengan jaringan pendukung yang dapat memberikan dorongan, nasihat, dan telinga yang mendengarkan. Berbagi pengalaman dan wawasan dengan rekan kerja dapat menjadi validasi dan inspirasi.

4. Tetapkan ekspektasi yang realistis

Berjuang untuk keunggulan tetapi juga kenali batasan. Tetapkan ekspektasi yang realistis untuk diri sendiri dan siswa, dengan memahami bahwa kesempurnaan tidak dapat dicapai. Ingatlah bahwa kemajuan dan pertumbuhan siswa adalah yang terpenting, dan merangkul keseimbangan kehidupan kerja yang sehat juga sangat penting untuk kesejahteraan jangka panjang teachers.

Ketika hal-hal tidak berjalan sesuai rencana, yang seringkali tidak terjadi, bersikaplah lembut terhadap diri sendiri. Satu pelajaran yang kurang sempurna atau hari yang menantang tidak menentukan keseluruhan diri atau kemampuan teachers. Terus kembangkan welas asih, sadari bahwa teachers telah melakukan yang terbaik, dan itu sudah cukup.

5. Terlibat dalam ekspresi kreatif

Manfaatkan sisi kreatif teachers sebagai bentuk self-care. Terlibat dalam aktivitas artistik seperti melukis, menulis, memainkan alat musik, atau bahkan membuat kerajinan dapat menjadi terapi dan peremajaan yang luar biasa. Beri diri sendiri kebebasan untuk mengekspresikan pikiran, emosi, dan ide melalui kanal-kanal aktivitas kreatif. Ini tidak hanya akan membantu teachers bersantai dan menghilangkan stres, tetapi juga dapat membawa rasa sukacita dan kepuasan baru dalam perjalanan mengajar.

Salah satu aspek indah dari ekspresi kreatif adalah bukan tentang hasil akhir, tetapi tentang proses itu sendiri. Tentang membiarkan imajinasi mengembara, membenamkan diri dalam proses penciptaan dan menikmati rasa pencapaian yang datang seusai menghasilkan karya  yang orisinal dan unik.

Dengan memasukkan ekspresi kreatif ke dalam rutinitas self-care, teachers memberi diri sendiri  izin untuk mengeksplorasi dan memupuk passion  di luar aktivitas kelas. Rangkullah kesempatan untuk memanfaatkan jiwa seni dan kreatif teachers, temukan dampak positifnya terhadap kesejahteraan mental dan pengalaman mengajar teachers secara keseluruhan.

6. Hindari rekan kerja yang toksik

Menjadi seorang guru adalah profesi yang sangat memuaskan, tapi jujur saja, juga bisa menjadi tantangan. Saat kita melalui tantangan ini, penting untuk mengelilingi diri dengan sikap positif dan pemikiran yang fokus pada solusi. Namun, seringkali kita mendapati diri kita berada di sekitar rekan kerja yang sering mengeluh, mengomel, atau menyebar energi negatif. Interaksi semacam ini dapat menguras energi dan berdampak buruk pada kesejahteraan dan kenyamanan bekerja.. Oleh karena itu, penting untuk menemukan strategi dalam menghadapi mereka sebagai bagian dari self care!

Menghindari rekan kerja yang beracun bukan berarti menjadi tidak profesional atau kurang sopan. Ini berarti menciptakan batasan yang sehat untuk melindungi kesejahteraan mental dan emosional kita. Ingatlah bahwa kita memiliki kontrol atas cara kita berinteraksi dan merespons individu yang sulit.

Jika seorang rekan kerja selalu menyalahkan orang lain atas masalah di kelas, terlihat kecewa dengan pekerjaan, cenderung melihat hal negatif dalam kebanyakan situasi, sulit mengendalikan emosi, atau lebih banyak mengeluh daripada mencari solusi, mungkin sudah waktunya untuk teachers memberikan batasan berinteraksi dengan mereka.

Tidak mengapa menghindar dari  percakapan yang tidak produktif atau menguras energi, secara halus dan sopan. Teachers boleh kok berdalih hendak pergi ke suatu tempat atau  mengatakan akan melakukan sesuatu misalnya, demi menghindari rekan kerja toksik yang mencoba melibatkan teachers ke dalam persoalan mereka.

Ingatlah, meskipun penting untuk empati terhadap rekan kerja kita, teachers juga harus mengutamakan kesehatan mental sendiri, ya!

7. Jangan bawa tugas sekolah ke rumah, ya!

Di era konektivitas yang terus-menerus dan budaya “selalu online”, membatasi antara waktu kerja dan waktu pribadi bisa jadi tantangan tersendiri, terutama bagi pendidik yang berdedikasi seperti teachers. Guru seringkali menemukan diri mereka mengoreksi tugas saat makan malam, merencanakan pelajaran sebelum tidur, atau menjawab pesan di akhir pekan. Tapi, ingatlah, teacher bisa kok menjadi guru yang berdedikasi dengan tetap mengutamakan waktu pribadi.

Meninggalkan tugas sekolah di sekolah bukan berarti mengabaikan tugas atau menghindari tanggung jawab. Sebaliknya, itu berarti menetapkan batasan agar teachers punya waktu untuk istirahat, mengisi ulang energi, dan melakukan kegiatan yang teachers sukai di luar mengajar.

Buatlah batasan yang jelas untuk diri sendiri, siswa, dan parents, kapan teachers sedang “tidak bertugas”. Ini bisa dengan menentukan waktu khusus untuk menjawab pesan atau tidak mengoreksi tugas setelah jam tertentu.

Meninggalkan tugas sekolah di sekolah bukan hanya preferensi pribadi namun termasuk aspek penting dari self-care dan syarat penting untuk menjaga karier pendidikan teachers tetap sehat berkesinambungan!

8. Menyadari perasaan

Menjadi seorang pendidik adalah profesi yang sangat “emosional”. Setiap hari, teachers mengalami hal-hal yang membuat perasaan seumpama naik roller coaster. Mulai dari momen puncak saat melihat kemajuan siswa hingga saat-saat sulit menghadapi perilaku yang menantang atau tekanan administratif. Di tengah pusaran emosi ini, penting untuk mengembangkan kesadaran diri dan tentu saja secara rutin memeriksa perasaan dengan eling atau sadar.

Mengawasi dengan cermat keadaan emosional bukan berarti terlalu menganalisis atau stress setiap di perubahan mood. Melainkan mengakui perasaan diri sendiri yang datang dan pergi bagaimanapun bentuknya. Memahami apa yang memicu emosi tertentu dan yang paling penting bisa mengenali tanda-tanda awal perasaan yang tebebani.

Ketegangan emosional sering kali muncul sebagai gejala fisik—seperti sakit kepala, sakit perut, atau kelelahan. Perhatikan sinyal-sinyal ini. Mereka mungkin memberitahu teachers bahwa sudah waktunya melambat dan menjaga kesehatan emosional. 

Jika teachers melihat tanda-tanda perasaan yang mulai terasa terbebani ini di dalam diri, segera ambil jarak dari pekerjaan, meski hanya untuk beberapa saat. Gunakan waktu ini untuk bernapas, meregangkan tubuh atau melakukan aktivitas cepat yang membantu teachers untuk rileks dan me-reset diri.

9. Lihat gerak pikiran dari perspektif yang berbeda

Pikiran adalah teman setia dalam eksistensi sadar kita, membentuk persepsi kita terhadap dunia dan pada akhirnya mempengaruhi emosi dan tindakan kita. Namun, perlu teachers ingat, mereka bukan kita. Pikiran kita bukanlah diri kita. Mereka hanya saran, interpretasi, asosiasi yang diciptakan. Memahami hal ini adalah langkah kuat menuju self-care, terutama dalam profesi mengajar yang penuh tekanan dan emosi.

Untuk mengelola beban emosional, para pendidik harus terampil dalam memahami, mengamati, dan merespons pikiran-pikiran mereka. Ini bisa dimulai dengan tindakan sederhana pengamatan sadar, melihat pikiran sebagai entitas yang sementara dan datang serta pergi. Bayangkan berdiri di tepi pantai, menyaksikan ombak – mewakili pikiran kita – yang datang dan surut. Teachers mengakui kehadiran mereka tanpa membiarkan mereka membawamu pergi.

Penting untuk memahami bahwa pikiran kita, terutama yang negatif atau kritis terhadap diri sendiri, seringkali bisa menjadi distorsi dari realitas kita. Mereka seringkali merupakan hasil dari pola yang tertanam dalam pikiran daripada cerminan dari situasi saat ini. Mengakui hal ini dapat memungkinkan kita untuk menantang pikiran-pikiran tersebut, mempertanyakan validitasnya, dan pada akhirnya, mengubahnya dalam cara yang lebih positif dan konstruktif. Ini bukan tentang menekan pikiran negatif, tetapi tentang mengubah perspektif kita terhadap mereka.

Lebih dari itu, seperti yang kita lakukan dalam membina pemikiran positif pada siswa, kita juga harus melakukannya untuk diri kita sendiri. Membudayakan sikap positif melalui praktik seperti bersyukur, memvisualisasikan hal-hal positif dan menguatkan diri dapat secara signifikan meningkatkan kesejahteraan emosional kita. Ini seperti membangun pelampung yang menjaga kita tetap terapung bahkan ketika lautan pikiran kita menjelma badai.

10. Be aware of the “inputs” in your life!

Sebagai pendidik, kita selalu berlayar di tengah arus profesi kita—merencanakan pelajaran, mengoreksi tugas, pertemuan dengan orang tua, tugas administrasi—daftarnya panjang sekali ya, teachers! Aktivitas-aktivitas ini, bersama dengan berbagai faktor lain dalam hidup kita, disebut sebagai ‘input’. Input-input ini, mulai dari pekerjaan kita, orang-orang yang dengan mereka kita interaksi, pola makan, konsumsi media dan kebiasaan gaya hidup, tentu sangat mempengaruhi pikiran dan emosi kita. Bagi pendidik, memahami konsep input ini adalah aspek penting dari self-care dan upaya pencegahan burn-out.

Mengakui pengaruh input-input ini penting bagi para teachers. Terutama karena beban emosional yang terlibat dalam profesi ini. Dengan mengakui kekuatan ini, kita dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengelola input-input ini secara efektif. Misalnya, jika interaksi dengan rekan kerja tertentu seringkali menghasilkan energi negatif, kita dapat secara sadar membatasi interaksi tersebut. Jika tinggal di sekolah sampai larut malam menyebabkan kelelahan dan perasaan terbebani, kita dapat menetapkan batasan untuk memastikan keseimbangan kerja-hidup yang lebih sehat.

Berita baiknya, kita sering memiliki kendali atas banyak input ini. Dengan menyadari apa yang memicu pola pikir tertentu, kita dapat mengubah atau menghindari pemicu-pemicu tersebut, sehingga membawa pola pikir yang lebih positif dan konstruktif. Ini tidak berarti menghindari semua input negatif, bagaimanapun, tantangan adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan. Ini hanya berarti secara sadar memilih lingkungan dan gaya hidup kita untuk membina positivitas dan ketahanan.
Menjadi sadar akan input-input kita seperti memiliki kompas di kapal. Membantu kita mengarungi hidup dengan niat, menghindari badai yang tidak perlu, dan mencari arah angin yang menguntungkan. Memberi kita kekuatan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental sekaligus mencegah teachers mengalami burn-out.

Summary

Para guru memiliki dedikasi luar biasa dalam membentuk pemikiran generasi muda, namun seringkali mereka lupa untuk merawat kesehatan mental mereka sendiri. Merawat diri dan menjaga keseimbangan emosional bukanlah tindakan egois, melainkan kunci untuk menciptakan pengalaman mengajar yang luar biasa. 

Dengan menikmati momen kesendirian, berbaik hati pada diri sendiri, mengembangkan hubungan yang mendukung, menetapkan ekspektasi yang realistis, dan terlibat dalam ekspresi kreatif  dapat membantu para guru meningkatkan kesejahteraan mental dan memberikan yang terbaik kepada siswa-siswanya.

Siap mengembangkan diri kalian sebagai seorang edukator?

Di IELC, kami memberi kalian kesempatan untuk bergabung dengan komunitas guru yang hebat, mengembangkan potensi kalian, dan membentuk masa depan Indonesia dengan mengajar Bahasa Inggris kepada generasi berikut dengan cara yang tepat.Kalian juga akan mendapatkan akses ke pelatihan yang berkesinambungan, pengembangan diri, dan bisa bertemu dengan rekan kerja tim yang luar biasa dan punya cara pikir yang sama dengan kalian.Ambil langkah pertama kalian ke dalam lingkungan kerja yang suportif dan fun,, gali potensi kalian, dan nikmati hasilnya di IELC!