IELC-student-activity-in-class-holding-book

Pendidikan inklusif: 8 tips untuk menciptakan proses pembelajaran yang ramah bagi siswa ADHD

Hai, Teachers!

Pasti kita semua pernah mengalami momen di dalam kelas di mana terhubung dengan setiap siswa terasa seperti teka-teki, setiap keping membutuhkan pendekatan yang berbeda.

Dan jika teachers memiliki siswa dengan Gangguan Defisit Perhatian Hiperaktif (ADHD), teka-teki tersebut bisa terasa lebih rumit. Tapi sebenarnya hal tersebut bukanlah hal yang mengkhawatirkan!

Menciptakan kelas yang ramah bagi siswa dengan ADHD adalah tentang merangkul keragaman, memahami kebutuhan individu, dan menciptakan lingkungan belajar di mana semua orang merasa menjadi bagian.

Artikel ini hanya memuat strategi nyata yang praktis dan efektif. So, siapkan secangkir kopi favorit dan mari kita bahas beberapa tips yang bisa teachers lakukan untuk membuat kelas menjadi tempat di mana setiap siswa, terlepas dari gaya belajarnya, memiliki kesempatan untuk bersinar!

1. Memecah tugas menjadi bagian-bagian yang lebih kecil

Kita semua tahu rasanya saat harus menghadapi tugas yang menakutkan, tidak yakin harus mulai dari mana.

Rasa ini bisa lebih terasa bagi siswa yang memiliki ADHD, di mana fokus pada tugas-tugas rumit bisa terasa seperti tantangan yang besar dan sulit diatasi.

Maka dari itu, memecah tugas-tugas menjadi bagian yang lebih kecil dan mudah dimengerti bisa sangat efektif!

Pendekatan ini, yang dikenal sebagai “chunking” telah didukung oleh psikolog kognitif dan spesialis ADHD seperti Dr. Russell Barkley. Dengan membagi tugas-tugas menjadi langkah-langkah yang mudah dikelola, siswa bisa fokus pada satu aspek pada satu waktu, yang meningkatkan pemahaman dan daya ingat.

Di dalam kelas, bisa terlihat seperti memberikan instruksi yang jelas dan langkah-demi-langkah untuk tugas yang kompleks. Gabungkan dengan bantuan visual, pengatur waktu, atau daftar periksa untuk membimbing siswa melalui setiap tahap, sambil memberikan semangat di sepanjang proses.

Ingat, ini bukanlah tentang mengurangi kompleksitas tetapi merestrukturisasi pengalaman belajar. Dengan cara ini, kontennya bisa diakses dan menarik, menciptakan lingkungan belajar yang positif dan produktif yang bermanfaat bagi semua siswa.

2. Gunakan Bantuan Visual

Di dalam kelas, kita sering berurusan dengan konsep-konsep abstrak, ide-ide kompleks, dan proses yang berlapis-lapis. Hal ini bisa menjadi tantangan terutama bagi siswa dengan ADHD, yang mungkin kesulitan mengorganisir pikiran mereka atau menghubungkan ide-ide abstrak dengan aplikasi dunia nyata.

Di sinilah bantuan visual masuk ke dalam proses pembelajaran. Dengan menggabungkan grafik, diagram, atau alat bantu visual lainnya, kita bisa memberikan konteks yang nyata pada konsep-konsep abstrak. Seperti menerjemahkan bahasa kompleks menjadi bentuk yang lebih mudah dipahami.

Cara ini bukan hanya tentang penyederhanaan melainkan juga tentang bagaimana memperkaya pengalaman belajar. Bantuan visual berfungsi sebagai titik-titik acuan, membantu siswa untuk memvisualisasikan hubungan, struktur dan ‘gambaran besar’ dari apa yang sedang mereka pelajari.

Bayangkan pelajaran sejarah tentang penyebab Perang Dunia I. Sebuah garis waktu yang bisa mengubah serangkaian peristiwa yang tidak terhubung menjadi narasi yang koheren, menunjukkan bagaimana satu peristiwa mengarah ke peristiwa lainnya. Sebuah grafik dapat mengorganisir berbagai aliansi dan rivalitas antara negara-negara, mengubah tumpukan nama dan tanggal menjadi peta hubungan yang jelas.

Bantuan visual juga dapat meningkatkan kreativitas dan keterlibatan. Sebuah alat bantu visual bisa menjadi tempat bermain bagi pikiran, memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi ide-ide, membuat hubungan, dan melihat konten dari berbagai sudut. Cara yang akan mendukung dan memberdayakan memberdayakan siswa untuk mengambil kendali atas pembelajaran mereka.

3. Rehat yang teratur

Mari memikirkan pentingnya berhenti sejenak. Dalam kehidupan kita yang penuh dengan kesibukan, kadang-kadang kita lupa untuk melambat dan mengambil napas. Di lingkungan kelas, terutama bagi siswa dengan ADHD, praktik ini bisa menjadi lebih penting.

Siswa dengan ADHD sering kesulitan mempertahankan fokus untuk jangka waktu yang lama. Pikiran mereka mungkin melayang, atau mereka bisa menjadi gelisah atau merasa kewalahan. Oleh karena itu, ini bukan hanya sebuah ide bagus tetapi suatu keharusan untuk menyertakan rehat singkat secara teratur dalam rencana pelajaran. Rehat bukanlah gangguan dalam sebuah proses pembelajaran melainkan komponen penting yang dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik, dikelola, dan efektif.

Rehat fisik, seperti peregangan singkat atau berjalan-jalan di sekitar kelas, bisa memberikan energi dan kesegaran. Seperti tombol reset yangmemungkinkan siswa untuk menghilangkan kegelisahan dan kembali ke tugas dengan lebih bersemangat dan fresh.

Rehat mental juga sangat bermanfaat. Memberikan waktu untuk menggambar, meditasi, atau mengerjakan teka-teki otak yang cepat dan menyenangkan dapat meningkatkan kreativitas dan relaksasi. Sebuah cara untuk membersihkan pikiran dan memberi ruang bagi wawasan baru.

Penting untuk diakui bahwa rehat bukan hal yang sia-sia atau menyimpang dari pelajaran. Sebaliknya, mereka adalah jeda-jeda strategis yang dibangun dengan tujuan dan niat. Rehat adalah pengakuan adanya kebutuhan individu dari para siswa dan memahami bahwa pembelajaran bukanlah sprint, melainkan marathon. Upaya yang merujuk pada kualitas bukan kuantitas.

4. Mengombinasikan gerakan

Kita sering mengaitkan kelas dengan ketenangan – siswa duduk di mejanya, dengan tekun mengerjakan tugas. Tapi bagaimana jika kita sedikit mengguncang hal-hal tersebut? Bagaimana jika kita menyadari bahwa pembelajaran bukan hanya latihan mental tetapi pengalaman seluruh tubuh? Bagaimana jika kita membuat gerakan bukanlah pengecualian tetapi bagian integral dari proses belajar?

Bagi siswa dengan ADHD, pendekatan ini bukan sekadar hal baru; ini adalah kebutuhan. Aktivitas fisik, bahkan dalam dosis kecil, dapat membantu mengatur perhatian dan tingkat energi. Berikut beberapa cara untuk mengombinasikan gerakan di dalam kelas:

  • Aktivitas pembelajaran kinestetik: Rancang tugas yang melibatkan fisik atau eksplorasi. Baik itu membangun model, melakukan eksperimen langsung, atau menggunakan gerakan tubuh untuk menggambarkan konsep – aktivitas-aktivitas ini membuat pembelajaran menjadi nyata dan menarik.
  • Transisi aktif: Gunakan gerakan sebagai jembatan antara bagian-bagian berbeda dari pelajaran. Peregangan cepat, diskusi berdiri, atau tarian singkat dengan lagu favorit bisa membuat transisi menjadi hidup dan menyegarkan.
  • Opsi tempat duduk yang fleksibel: Biarkan siswa memilih di mana dan bagaimana mereka duduk. Terkadang, perubahan posisi atau lokasi bisa membuat perbedaan besar dalam kenyamanan dan konsentrasi.
  • Masukkan unsur bermain: Permainan dan aktivitas bermain yang memerlukan gerakan bisa mengubah pembelajaran menjadi petualangan yang menyenangkan.

5. Memberikan petunjuk dengan jelas dan konsisten

Di dunia yang ramai seperti  sebuah kelas, kejelasan bisa menjadi jangkar yang menjaga siswa tetap terhubung dan berada pada jalur yang benar. Terutama berlaku untuk siswa dengan ADHD, yang mungkin merasa sulit mengikuti petunjuk yang kompleks atau disampaikan dengan cepat. Komunikasi yang jelas, konsisten  dan penuh empati bisa membuat perbedaan besar.

Gunakan bahasa yang sederhana dan hindari memberikan terlalu banyak detail dalam satu waktu. Pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mudah dimengerti. Jangan ragu untuk mengulangi petunjuk utama atau meminta siswa mengulanginya kembali kepada teachers. Pengulangan memastikan pemahaman dan membantu memperkuat tugas yang sedang dijalankan.

Konsistensi dalam rutinitas memberikan struktur yang nyaman bagi siswa. Pola dan harapan yang teratur membantu mereka melalui hari dengan lebih lancar. Terkadang, contoh konkret atau panduan lembut melalui langkah-langkah awal bisa memandu dengan lebih jelas daripada kata-kata biasa.

Kelas adalah tempat di mana bertanya adalah hal yang didorong dan dirayakan. Pastikan siswa tahu bahwa tidak ada pertanyaan yang terlalu remeh dan bahwa teachers ada di sana untuk membantu. Pengecekan secara teratur, terutama dengan tugas yang lebih kompleks, bisa bermanfaat. Pengingat atau klarifikasi bisa mengarahkan siswa kembali pada jalur jika mereka mulai tersesat.

6. Memberikan umpan balik secara langsung

Umpan balik langsung akan menjembatani kesenjangan antara usaha dan pemahaman, antara tindakan dan penghargaan. Ketika seorang siswa dengan ADHD mencoba menyelesaikan sebuah tugas, mereka mungkin merasa seperti sedang menjelajahi labirin. Umpan balik langsung berfungsi seperti tangan yang membimbing, menunjukkan kepada mereka kapan mereka berada di jalur yang benar dan memberikan dorongan saat mereka keluar dari jalur.

Bukan sekedar mengatakan ‘bagus sekali’ atau ‘kerja bagus’ — meskipun kata-kata tersebut bisa sangat kuat. Namun bagaimana mengidentifikasi apa yang dilakukan dengan baik, apa yang benar, dan mengapa itu benar. Pujian yang spesifik memberikan gambaran yang jelas tentang keberhasilan, membangun jembatan antara usaha saat ini dan pencapaian di masa depan.

Tapi, mari kita perjelas; umpan balik bukanlah semata membanjiri siswa dengan pujian yang tidak layak. Umpan balik haruslah tulus, terkait dengan usaha mereka, strategi, ketekunan, atau atribut yang terukur lainnya. Sebuah jaring penghubung yang antara kerja keras dengan pencapaian.

Selain itu, umpan balik harus bersifat konstruktif. Jika seorang siswa dengan ADHD membuat kesalahan, umpan balik langsung memberikan peluang emas untuk memperbaikinya di tempat. Koreksi lembut, dipadukan dengan dorongan dan panduan, membantu mereka melihat kesalahan sebagai batu loncatan daripada hambatan.

7. Menggunakan teknologi dengan bijak

Di dalam kelas modern, teknologi memberikan banyak pilihan cara untuk melibatkan siswa, terutama bagi mereka dengan ADHD. Dari permainan interaktif hingga presentasi multimedia, teknologi bisa mengubah konsep abstrak menjadi realitas yang nyata, membuat pembelajaran lebih mudah diakses dan menarik.

Namun, kunci kesuksesan terletak pada pendekatan yang seimbang. Meskipun teknologi bisa memikat, namun bisa juga menyebabkan gangguan, terutama bagi siswa dengan ADHD. Daya tarik gadget dan aplikasi bisa mengaburkan tujuan pembelajaran inti jika tidak digunakan dengan bijak.

Bagi pendidik, tantangannya adalah memanfaatkan kekuatan teknologi tanpa membiarkan hal itu menjadi terlalu mengesampingkan. Memilih alat yang tepat yang sejalan dengan tujuan pembelajaran dan menggunakannya untuk memperkaya daripada mengalahkan pelajaran, adalah hal penting. Peran guru berubah menjadi membimbing siswa melalui lanskap digital, memastikan keterlibatan berlangsung tanpa gangguan dari dan ke dalam proses pembelajaran.

8. Ajarkan keterampilan self-monitoring

Mengajarkan keterampilan self-monitoring kepada siswa, terutama bagi mereka dengan ADHD, mungkin terasa seperti tugas yang menantang. Namun ini adalah tugas yang memberikan banyak manfaat. Bagaimana teachers membantu siswa mengenali kebiasaan dan gaya belajar mereka sendiri serta melengkapi mereka dengan metode yang akan membantu keberhasilan mereka tidak hanya di dalam kelas namun juga dalam kehidupan. Dan jangan khawatir, ini tidak serumit yang terdengar!

Mulailah dengan membantu siswa mengidentifikasi kapan mereka mungkin kehilangan fokus atau menjadi gelisah. Petunjuk sederhana seperti menggeliat, melamun, atau berpaling dari tugas bisa menjadi tanda-tanda. Selanjutnya, bekerjasamalah dengan mereka untuk mengembangkan strategi yang bisa mereka gunakan ketika mereka mengenali tanda-tanda ini. Misalnya:

  • Tetapkan tujuan: Dorong mereka untuk menetapkan tujuan jangka pendek dan melacak kemajuannya.
  • Gunakan pengatur waktu: Mereka bisa menetapkan pengatur waktu untuk periode kerja yang difokuskan dan memberi reward diri sendiri dengan istirahat singkat.
  • Buat daftar periksa: Menulis dan memvisualisasikan tugas-tugas bisa membuatnya lebih mudah dikelola.
  • Dorong aktivitas refleksi: Rutin ajak mereka untuk merenung tentang apa yang berhasil dan apa yang tidak.

Ingat, setiap anak unik, jadi strategi-strategi ini mungkin perlu disesuaikan untuk setiap individu. Ini semua tentang komunikasi yang terbuka, kesabaran dan merayakan kemenangan-kemenangan kecil di sepanjang jalan.

Pemantauan diri bukanlah tentang mengawasi perilaku; namun sebuah upaya memberdayakan siswa untuk mengambil kendali atas pengalaman belajar mereka. Dengan mengadopsi pendekatan ini, teachers tidak hanya membantu kemajuan akademis mereka, namun juga memberi mereka keterampilan sepanjang hidup yang mendorong kemandirian, ketahanandan kesadaran diri!

Summary

Mengadopsi pendekatan yang ramah terhadap ADHD di dalam kelas tidak hanya bermanfaat bagi siswa yang memiliki keistimewaan ADHD. pendekatan ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih dinamis, menarik, dan empatik bagi semua orang. Strategi-strategi yang telah kita jelajahi bersama bukanlah aturan yang kaku tetapi ide-ide yang dapat disesuaikan yang dapat diadaptasi sesuai dengan kebutuhan unik setiap siswa.

Mulai dari memecah tugas menjadi bagian-bagian kecil hingga mengajarkan keterampilan pemantauan diri, esensi dari teknik-teknik ini terletak pada hubungan manusiawi yang kita bangun dengan siswa kita. Ini semua tentang bertemu dengan mereka di titik mereka dan membantu mereka menemukan jalan menuju kesuksesan.

Namun, ingatlah, setiap siswa unik, dan apa yang terbaik untuk satu mungkin tidak berfungsi untuk yang lain. Jangan ragu untuk menyesuaikan strategi-strategi ini, mencoba yang baru, atau bahkan bertanya kepada para siswa sendiri apa yang mungkin bisa membantu. Lagi pula, mereka adalah ahli dalam pengalaman mereka sendiri!
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menjelajahi ide-ide ini bersama. Baik Anda seorang pendidik berpengalaman atau baru memulai, komitmen teachers terhadap inklusivitas tercermin dengan jelas!

Ingin berbahasa Inggris dengan lancar?

Kebanyakan orang di Indonesia malu bicara Bahasa Inggris di depan publik. Mereka takut salah dan tidak percaya diri saat harus bicara dalam Bahasa Inggris. 

Ini akibat dari pengajaran Bahasa Inggris yang salah!

Mereka tidak hanya kehilangan waktu dan uang, lebih parah lagi mereka mendapat dasar Bahasa yang salah yang susah diperbaiki. Akhirnya, mereka menjadi bosan dan kehilangan percaya diri. 

Ini adalah kesalahan yang fatal!

Kursus Bahasa Inggris #1 di Indonesia

Di IELC, kami mengajarkan Bahasa Inggris dengan cara yang benar supaya kamu dapat cepat berbicara dengan percaya diri dan lancar. Inilah keahlian yang kamu butuhkan untuk untuk memaksimalkan potensi dan meraih impian di masa depan.

Di lingkungan belajar modern kami, kamu akan merasa nyaman dan bebas untuk mengekspresikan diri. 

Jangan khawatir, guru kami akan membimbingmu di setiap langkah proses pembelajaran untuk memastikan kamu mendapat hasil pembelajaran yang terbaik. 

IELC adalah Kampus Bahasa Inggris #1 di Indonesia. Kami menyediakan kursus Bahasa Inggris untuk anak, remaja, dan dewasa sebagai berikut:

Baik secara online maupun on campus, kami akan memberimu keahlian yang kamu butuhkan di masa depan. Hubungi kami hari ini dan ambil langkah pertama untuk menjadi lancar dan percaya diri.

Salam,

IELC Academic Director