IELC-Adult-Students-studying

Dalam alur sejarah manusia yang luas, beberapa hal terbukti sangat powerful, seperti kata-kata, misalnya. Kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, memengaruhi pendapat, dan membangkitkan tindakan telah terbukti sebagai kekuatan yang luar biasa, seperti yang diwujudkan dalam pidato. Keahlian mengutarakan pemikiran, merayu pendapat, dan menggelorakan aksi adalah bukti akan kekuatan persuasif dari pidato yang dirangkai dengan apik. Pidato-pidato ini telah menggelorakan revolusi, meredam ketakutan, serta menginspirasi jutaan orang untuk bermimpi…

Namun, pertanyaannya, apa sebenarnya yang membuat sebuah pidato menjadi hebat dan terdengar megah? Apakah itu semangat dalam suara sang pembicara, irama dalam bahasa yang digunakan, atau kedalaman pesan yang diusung?

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa pidato bersejarah dan berpengaruh kuat dalam Bahasa Inggris. Kita akan merunut kehalusan linguistik dan nuansa gaya yang telah mengubah pidato-pidato ini menjadi mahakarya orasi yang tak lekang oleh waktu. Dengan mengurai komposisinya, kita berharap bisa meraih wawasan tentang seni meramu pidato yang persuasif dan, dalam prosesnya, tentu saja memperbaiki keterampilan berbahasa kita sendiri!

Ambil posisi nyaman kalian dan bersiaplah untuk terpesona oleh keajaiban magis kata-kata!

1. Martin Luther King’s “I Have A Dream”

Link: Martin Luther King’s “I Have A Dream”

Kutipan:

“I have a dream that one day this nation will rise up and live out the true meaning of its creed: ‘We hold these truths to be self-evident: that all men are created equal.’

I have a dream that one day on the red hills of Georgia the sons of former slaves and the sons of former slave owners will be able to sit down together at the table of brotherhood.

I have a dream that one day even the state of Mississippi, a state sweltering with the heat of injustice, sweltering with the heat of oppression, will be transformed into an oasis of freedom and justice.

I have a dream that my four little children will one day live in a nation where they will not be judged by the color of their skin but by the content of their character.”

Berikut adalah analisis tentang fitur bahasa dan faktor yang berkontribusi pada efektivitas pidato di atas:

  • Metaphor: King menggunakan metafora untuk menghidupkan ide-ide abstrak. Misalnya, ia menyebut negara-negara dengan diskriminasi rasial yang parah sebagai “sweltering with the heat of injustice” dan kontras dengan “an oasis of freedom and justice” . Metafora ini membuat ide-ide abstrak tentang ketidakadilan dan kebebasan menjadi nyata, jelas, dan dapat dirasakan.
  • Appeal to shared values: King mengacu pada prinsip-prinsip Amerika, “that all men are created equal,” menggunakan nilai bersama sebagai titik temu dengan audiensnya, membuat argumennya lebih persuasif.
  • Concreteness: King memberikan contoh-contoh konkret untuk menggambarkan impian abstraknya. Ia bermimpi tentang suatu masa di mana “the sons of former slaves and the sons of former slave owners will be able to sit down together at the table of brotherhood,” misalnya.
  • Inclusive language: King menggunakan bahasa inklusif, seperti “one day this nation” untuk melibatkan audiens dan menjadikan mimpinya juga mimpinya mereka.
  • Future perfect: Penggunaan kata kerja dalam future perfect tense (misalnya “will have been able to sit down together”) menekankan keniscayaan dan optimisme perubahan yang King bayangkan.
  • Emotive language: King menggunakan kata-kata seperti ‘oppression’, ‘injustice’, ‘freedom’ dan ‘brotherhood’, yang sarat dengan emosi, dan dapat sangat beresonansi dengan audiens.

Fitur-fitur ini menjadikan pidato King sebagai contoh retorika yang efektif, dan merupakan salah satu alasan mengapa pidato ini begitu dikenang dan berpengaruh.

2. Soekarno’s Bandung Conference opening speech 

Link: Soekarno’s Bandung Conference opening (namun sayangnya tidak komplit.)

Kutipan:

“Let us remember that the people of Indonesia have been in the vanguard of this struggle, the struggle of the colored peoples of this world against those who have subjected us to domination. It is a new type of war, a war against colonialism, neo-colonialism, and imperialism.

There is a new awakening, and the 20th-century peoples of Asia and Africa are now wide awake. We recognize the need to stick together and together to render our joint service to the cause of world peace, prosperity, and progress.

This unity is imperative, for it has become an incontrovertible fact that the prosperity of the world cannot be had except through common prosperity. There must be a world order, a better world order. It must be a world in which every nation respects the personality of the other nations.”

Berikut adalah analisis tentang fitur bahasa dan faktor yang berkontribusi pada efektivitas pidato ini:

  • Historical context: Sukarno memposisikan Indonesia, dan dengan perluasan negara-negara Asia dan Afrika, sebagai pemimpin dalam perjuangan melawan kolonialisme. Pernyataan ini mengakui sejarah dan tantangan bersama mereka, dan secara implisit mengajukan panggilan untuk kerja sama dan persatuan dalam menghadapi ancaman yang berlanjut.
  • Anaphora: Sukarno menggunakan pengulangan. Sebagai contoh, “a war against colonialism, neo-colonialism, and imperialism,” pengulangan ini digunakan untuk menekankan poin dari pidato beliau dan untuk mengajak pendengarnya bersatu melawan musuh-musuh bersama ini.
  • Inclusive language: Sukarno menggunakan bahasa inklusif, merujuk pada  “we” and “us” yang menciptakan rasa solidaritas di antara negara-negara yang hadir.
  • Abstract and concrete goals: Sukarno berbicara tentang ideal-ideal abstrak seperti “world peace, prosperity, and progress” dan isu-isu konkret seperti perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme. Ini memberikan pidatonya visi inspiratif dan relevansi praktis.
  • Appeal to mutual respect: Seruan untuk dunia di mana setiap bangsa menghormati yang lain bermain pada tingkat etis, menunjukkan bahwa perubahan tidak hanya didorong oleh alasan ekonomi atau politik tetapi juga alasan moral.
  • Emotive language: Penggunaan kata-kata seperti ‘struggle’, ‘awakening’ dan ‘prosperity’ membangkitkan perasaan kuat pada audiens. Ini memungkinkan pembicara untuk memanfaatkan emosi mereka dan memberikan dampak yang lebih mendalam.
  • Imagery: Frasa ‘a new awakening’ menciptakan gambaran mental yang hidup tentang negara-negara yang dulunya tunduk sekarang sadar dan menegaskan kemandirian dan hak-hak mereka.

Fitur-fitur ini berkontribusi pada kekuatan dan resonansi pidato Sukarno, menggunakan bahasa dan retorika untuk menginspirasi audiensnya dan mempromosikan persatuan di antara negara-negara beragam yang hadir di Konferensi Bandung.

3. Winston Churchill’s “We Shall Fight on the Beaches”

Link: Winston Churchill’s “We Shall Fight on the Beaches”

Kutipan:

“Even though large tracts of Europe and many old and famous States have fallen or may fall into the grip of the Gestapo and all the odious apparatus of Nazi rule, we shall not flag or fail. We shall go on to the end. We shall fight in France, we shall fight on the seas and oceans, we shall fight with growing confidence and growing strength in the air, we shall defend our island, whatever the cost may be. We shall fight on the beaches, we shall fight on the landing grounds, we shall fight in the fields and in the streets, we shall fight in the hills; we shall never surrender. And even if, which I do not for a moment believe, this island or a large part of it were subjugated and starving, then our Empire beyond the seas, armed and guarded by the British Fleet, would carry on the struggle, until, in God’s good time, the New World, with all its power and might, steps forth to the rescue and the liberation of the Old.”

Berikut adalah analisis tentang fitur bahasa dan faktor yang berkontribusi pada efektivitas pidato Churchill di atas:

  • Anaphora: Seperti pidato-pidato sebelumnya yang telah kita analisis, Churchill menggunakan anaphora, pengulangan kata atau frase tertentu di awal baris atau kalimat berurutan. Ini terlihat dalam frasa yang diulang “We shall fight,” yang menekankan tekad dan ketangguhan rakyat Inggris.
  • Imagery: Churchill menggunakan imaji yang hidup untuk menggambarkan berbagai medan pertempuran. Ia tidak hanya berbicara tentang berperang; ia juga merinci lokasi seperti “on the seas and oceans”, “on the beaches”,  “on the landing grounds”,  “in the fields and in the streets”, “in the hills”.  Ini membantu menciptakan gambaran yang lebih hidup dan menggugah dalam pikiran pendengar.
  • Emotive language: Churchill menggunakan bahasa yang kuat dan penuh emosi untuk menanamkan keberanian dan tekad, serta untuk mengajak rakyat Inggris melawan ancaman yang mereka hadapi. Frasa seperti “we shall not flag or fail” dan “we shall never surrender” menyampaikan emosi yang kuat.
  • Future Perfect: Seperti dalam pidato-pidato sebelumnya, Churchill menggunakan bentuk kata kerja masa depan sempurna (misalnya, “we shall fight,” “we shall defend,” “we shall never surrender”).  Ini memberikan kesan kepastian dan keyakinan, meskipun situasi yang suram.
  • Personification: Churchill merujuk pada Dunia Baru (Amerika dan sekutunya)  “Steps forth to the rescue and the liberation of the Old.” ini mempersonifikasi benua-benua ini seolah-olah mereka adalah pahlawan dalam sebuah narasi, yang dapat merangsang emosi dan imajinasi pendengar.
  • Juxtaposition: Churchill memadukan realitas suram saat ini (“this island or a large part of it were subjugated and starving”) with a hopeful future (“the New World, with all its power and might, steps forth to the rescue”). Kontras ini membuat masa depan yang penuh harapan terlihat lebih menarik dan meningkatkan keinginan pendengar untuk kemenangan.

Fitur-fitur ini berkontribusi pada kekuatan pidato Churchill, yang memainkan peran penting dalam memperkokoh semangat rakyat Inggris selama masa-masa suram Perang Dunia II.

4. John F. Kennedy’s Inaugural speech 

Link: John F. Kennedy’s Inaugural speech

Kutipan:

“In the long history of the world, only a few generations have been granted the role of defending freedom in its hour of maximum danger. I do not shrink from this responsibility–I welcome it. I do not believe that any of us would exchange places with any other people or any other generation. The energy, the faith, the devotion which we bring to this endeavor will light our country and all who serve it–and the glow from that fire can truly light the world.

And so, my fellow Americans: ask not what your country can do for you–ask what you can do for your country.

My fellow citizens of the world: ask not what America will do for you, but what together we can do for the freedom of man.

Finally, whether you are citizens of America or citizens of the world, ask of us here the same high standards of strength and sacrifice which we ask of you. With a good conscience our only sure reward, with history the final judge of our deeds, let us go forth to lead the land we love, asking His blessing and His help, but knowing that here on earth God’s work must truly be our own.”

Berikut adalah pembahasannya mengenai fitur bahasa dan faktor-faktor yang berkontribusi pada keefektifan pidato Kennedy:

  • Rhetorical questions: Ungkapan Kennedy “ask not what your country can do for you–ask what you can do for your country.” adalah salah satu pertanyaan retoris paling terkenal dalam wacana politik Amerika. Pertanyaan ini membalikkan hubungan khas antara warga dan negara, menginspirasi warga untuk mengambil inisiatif dan bertindak demi kepentingan terbaik negara.
  • Imagery and metaphor: “The glow from that fire can truly light the world” adalah metafora yang menggunakan imaji yang hidup untuk menggambarkan dampak yang bisa dimiliki oleh energi, keyakinan, dan pengabdian warga.
  • Inclusive language: Frasa “My fellow Americans,” dan “My fellow citizens of the world,” adalah frasa inklusif yang membentuk rasa persatuan dan kebersamaan.
  • Pathos: Kennedy berbicara kepada emosi melalui referensi-referensi tentang pertahanan kebebasan, kekuatan, pengorbanan, cinta terhadap tanah, dan berkat ilahi.
  • Antithesis: Kennedy menggunakan antitesis dengan efektif, seperti yang terlihat dalam frasa, “I do not shrink from this responsibility–I welcome it.” Kontras ini menekankan kesiapan dan kesediaannya untuk menghadapi tantangan-tantangan yang akan dihadapi selama masa kepresidenannya.

Strategi retoris ini bersama-sama menciptakan seruan untuk tindakan yang menginspirasi, membangkitkan semangat, dan memotivasi, yang beresonansi baik dengan masyarakat Amerika dan masyarakat di seluruh dunia. Pidato ini menjadi salah satu yang paling berkesan dalam sejarah Amerika Serikat.

5. Emmeline Pankhurst’s Freedom or Death speech

Tidak ada rekaman dari pidato tersebut, karena pidato itu disampaikan pada tahun 1913. Namun, Anda dapat membaca transkrip lengkapnya di sini:  Freedom or Death speech

Untuk konteks, pidato ini disampaikan oleh Emmeline Pankhurst, yang merupakan seorang aktivis suffragette yang berpengaruh dan memperjuangkan hak bagi perempuan untuk bisa memilih dalam pemilu di Britania Raya. Berikut ini adalah potongan pidato tersebut: 

“You have two babies very hungry and wanting to be fed. One baby is a patient baby, and waits indefinitely until its mother is ready to feed it. The other baby is an impatient baby and cries lustily, screams and kicks and makes everybody unpleasant until it is fed. Well, we know perfectly well which baby is attended to first. That is the whole history of politics. You have to make more noise than anybody else, you have to make yourself more obtrusive than anybody else, you have to fill all the papers more than anybody else, in fact you have to be there all the time and see that they do not snow you under.”

Berikut adalah analisis tentang fitur bahasa dan faktor-faktor yang berkontribusi pada efektivitas pidatonya:

  • Analogy: Pankhurst memulai dengan analogi sederhana tentang dua bayi. Analogi ini adalah alat yang kuat, menjadikan dunia kompleks politik mudah diakses dan dapat dirasakan oleh audiensnya.
  • Juxtaposition: Perilaku kontras dari kedua bayi menggambarkan dua strategi politik yang berbeda, memperkuat gagasan bahwa tindakan (daripada kesabaran) menghasilkan hasil.
  • Colloquial language: Frasa “snow you under” adalah ungkapan kolokial yang digunakan untuk menggambarkan tindakan dilibas atau diabaikan, menjadikan pidatonya lebih menarik dan dapat dirasakan oleh masyarakat umum.
  • Direct address: Penggunaan sebutan “you” dalam pidatonya berfungsi sebagai panggilan langsung kepada audiens, menjadikannya lebih personal dan lebih mungkin memicu tanggapan emosional atau tindakan.
  • Appeal to pathos: Dengan menggunakan analogi bayi yang lapar, Pankhurst membangkitkan emosi simpati dan urgensi yang kuat. Ini secara efektif memobilisasi audiensnya untuk menyadari kebutuhan tindakan segera.

Potongan ini menggambarkan kemampuan Pankhurst untuk menggunakan fitur bahasa untuk menyampaikan poin-poinnya dengan kuat dan meyakinkan. Analogi yang mudah dimengerti, bahasa langsung, dan repetisi strategis bekerja sama untuk membuat seruan untuk tindakan yang kuat.

Summary

Ketika menganalisis pidato-pidato terkenal dalam Bahasa Inggris di atas, kita melihat berbagai fitur bahasa dan strategi persuasif yang membuat pidato-pidato tersebut begitu efektif. Mulai dari pertanyaan retoris yang merangsang pemikiran, pembandingan yang sederhana untuk menggambarkan gagasan kompleks, hingga penggunaan bahasa yang inklusif dan langsung, semuanya berperan dalam menciptakan pidato yang menggugah perasaan, memotivasi, dan menginspirasi tindakan. 

Melalui analogi yang kuat, penggambaran hidup, dan panggilan emosi, para pembicara ini berhasil menciptakan pesan yang meresap dan abadi dalam ingatan pendengar, membuktikan bahwa seni berbicara yang efektif mampu membentuk opini, membangkitkan semangat, dan bahkan mengubah arah sejarah.

Ingin berbahasa Inggris dengan lancar?

Kebanyakan orang di Indonesia malu bicara Bahasa Inggris di depan publik. Mereka takut salah dan tidak percaya diri saat harus bicara dalam Bahasa Inggris. 

Ini akibat dari pengajaran Bahasa Inggris yang salah!

Mereka tidak hanya kehilangan waktu dan uang, lebih parah lagi mereka mendapat dasar Bahasa yang salah yang susah diperbaiki. Akhirnya, mereka menjadi bosan dan kehilangan percaya diri. 

Ini adalah kesalahan yang fatal!

Kursus Bahasa Inggris #1 di Indonesia

Di IELC, kami mengajarkan Bahasa Inggris dengan cara yang benar supaya kamu dapat cepat berbicara dengan percaya diri dan lancar. Inilah keahlian yang kamu butuhkan untuk untuk memaksimalkan potensi dan meraih impian di masa depan.

Di lingkungan belajar modern kami, kamu akan merasa nyaman dan bebas untuk mengekspresikan diri. 

Jangan khawatir, guru kami akan membimbingmu di setiap langkah proses pembelajaran untuk memastikan kamu mendapat hasil pembelajaran yang terbaik. 

IELC adalah Kampus Bahasa Inggris #1 di Indonesia. Kami menyediakan kursus Bahasa Inggris untuk anak, remaja, dan dewasa sebagai berikut:

Baik secara online maupun on campus, kami akan memberimu keahlian yang kamu butuhkan di masa depan. Hubungi kami hari ini dan ambil langkah pertama untuk menjadi lancar dan percaya diri.

Salam,

IELC Academic Director