Benita teaching adult group

Halo, Teachers…

Pernah mengalami berada di lingkungan yang benar-benar baru tanpa memahami bahasa setempat? Rasanya pasti menakutkan dan membingungkan, bukan?

Bayangkan siswa kita merasakan hal yang sama saat pertama kali masuk kelas, bersemangat tapi juga gugup untuk belajar Bahasa Inggris. Tugas kita sebagai guru adalah membimbing mereka dengan sabar, memberikan semangat, dan memiliki rencana yang jelas!

Di blog ini, kita akan menjelajahi strategi praktis untuk membuat pelajaran Bahasa Inggris menarik dan efektif bagi pemula. Mulai dari menetapkan tujuan yang jelas dan realistis hingga melakukan aktivitas menyenangkan yang membangkitkan minat, kami siap membantu. Mari kita mulai perjalanan menyenangkan ini bersama-sama!

1. Tetapkan tujuan yang jelas dan dapat dicapai

Bayangkan memulai perjalanan tanpa tahu tujuannya. Teachers akan berkendara tanpa arah, membuang-buang waktu dan energi. Hal yang sama berlaku dalam mengajar. Menetapkan tujuan pelajaran yang jelas dan realistis akan memberikan arah dan tujuan bagi siswa.

Pastikan teachers tahu apa yang harus dicapai siswa di akhir pelajaran. Sampaikan tujuan ini dengan jelas di awal pelajaran. Misalnya, “Hari ini, kita akan belajar cara menanyakan arah dan memberikan petunjuk sederhana”. Perkuat tujuan ini sepanjang pelajaran dengan mengulangi frasa kunci dan berlatih melalui berbagai aktivitas.

Misalnya, gunakan latihan bermain peran di mana seorang siswa menanyakan arah dan siswa lainnya memberikan petunjuk. Hal ini membantu mereka mempraktikkan pertanyaan dan jawaban yang diperlukan, memperkuat pemahaman mereka, dan membangun kepercayaan diri dalam menggunakan keterampilan bahasa baru.

Berikut  contoh praktisnya:

Lesson goal: By the end of the lesson, students will be able to ask and answer questions about daily routines.

Target questions:

  • “What time do you wake up?”
  • “When do you have breakfast?”
  • “How do you go to work/school?”
  • “What do you do after work/school?”
  • “When do you go to bed?”

Activities:

A. Warm-up:

Introduction: Begin with a brief discussion on daily routines, using simple language and visuals (pictures of clocks, meals, modes of transportation, etc.).

Modeling: Teacher models asking and answering the target questions with another teacher or a student.

B. Pair Work:

Practice: Students pair up and practice asking and answering the target questions with each other.

Example Dialogue:

Student A: “What time do you wake up?”

Student B: “I wake up at 7:00 AM. What time do you wake up?”

C. Group Activity:

Role Play: Create a role-play activity where students must interview each other about their daily routines. Each student takes turns being the interviewer and the interviewee.

D. Interactive Game:

Game: Conduct a “Find Someone Who…” game. Each student has a worksheet with different questions (related to daily routines) and they must find classmates who match the answers. For example, “Find someone who wakes up at 6:00 AM.”

E. Class Discussion:

Share: Gather the class and ask a few students to share their partners’ answers with the group. This encourages listening and speaking in a larger group setting.

Example: “Maria wakes up at 7:00 AM and she has breakfast at 8:00 AM.”

F. Review and Feedback:

Review: Recap the lesson by reviewing the target questions and answers on the board.

Feedback: Provide feedback on common mistakes and correct them as a group.

Practice: Encourage students to use these questions in their daily conversations outside the classroom.

G. Homework:

Assignment: Ask students to write a short paragraph about their daily routines using the questions practiced in class. This reinforces what they’ve learned and provides written practice.

2. Anggaplah mereka tidak tahu apa-apa

Saat mengajar Bahasa Inggris pemula, penting untuk memulai seolah-olah siswa belum memiliki pengetahuan sebelumnya. Ajarkan setiap kata dan frasa dari awal untuk memastikan pemahaman yang baik. Ini berarti memecah bahasa menjadi bagian-bagian sederhana dan menjelaskan semuanya dari dasar.

Misalnya, saat mengajarkan cara memperkenalkan diri, jangan berasumsi siswa sudah tahu sapaan dasar. Mulailah dengan, “Hello, my name is…” dan jelaskan setiap bagian dari kalimat tersebut. Gunakan visual, gerakan tubuh, dan pengulangan untuk memperkuat kata dan frasa baru.

Dengan menganggap siswa benar-benar pemula, teachers membangun dasar yang kuat bagi pembelajaran mereka. Pendekatan ini membantu menghilangkan kesenjangan pengetahuan dan memastikan semua siswa berada pada pemahaman yang sama, membangun kepercayaan diri mereka secara bertahap.

3. Meminimalkan waktu bicara guru (Teacher Talking Time/TTT)

Kita pasti pernah mengikuti rapat di mana satu orang terus berbicara, dan merasa tidak punya kesempatan untuk berkontribusi? Begitu pula rasanya bagi siswa saat guru mendominasi pembicaraan di kelas!

Saat mengajar Bahasa Inggris pemula, penting untuk berbicara hanya saat diperlukan dan menggunakan bahasa yang sederhana dan relevan. Hindari membingungkan siswa dengan kosakata yang tidak perlu. Semakin sedikit teachers berbicara, semakin banyak kesempatan yang dimiliki siswa untuk berlatih berbicara.

Daripada memberikan penjelasan panjang lebar, gunakan pemodelan dan demonstrasi. Tunjukkan daripada memberi tahu! Gunakan gerakan tubuh, visual, dan contoh untuk menyampaikan makna tanpa menjelaskan secara berlebihan. Pendekatan ini memudahkan siswa memahami konsep baru dan mendorong mereka menggunakan bahasa itu sendiri.

Tujuannya adalah memaksimalkan waktu bicara siswa (STT). Ciptakan kegiatan yang mengharuskan siswa berbicara satu sama lain, seperti kerja berpasangan, diskusi kelompok, dan permainan peran. Dengan memberi mereka kesempatan lebih banyak untuk berbicara, teachers menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan menarik. Lagi pula, semakin banyak mereka berbicara, semakin banyak mereka belajar!

4. Perlambat cara bicara

Bagaimana rasanya ketika kita mencoba mengikuti audiobook dalam bahasa yang baru dipelajari? Pasti sulit dan frustasi untuk mengikuti, bukan?

Saat mengajar Bahasa Inggris pemula, sangat penting untuk memperlambat cara bicara teachers. Bicaralah dengan kecepatan setengah untuk memastikan pemahaman, sambil tetap menjaga nada yang alami. Dengan cara ini, teachers tidak terdengar seperti robot, dan siswa dapat lebih mudah memahami setiap kata dan frasa.

Memperlambat cara bicara memberikan waktu bagi siswa untuk memproses dan memahami apa yang teachers katakan. Ini juga menjadi contoh pengucapan yang jelas dan struktur kalimat yang benar, yang dapat mereka tiru dalam berbicara mereka sendiri.

5. Ajarkan kumpulan frasa

Ajarkan  frasa atau ungkapan yang sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Fokus pada frasa yang dapat langsung digunakan siswa dalam situasi praktis. Misalnya, ajarkan mereka mengatakan, “How much does this cost?” atau “Can you help me?”

Kumpulan frasa ini berfungsi sebagai blok bangunan untuk penggunaan bahasa yang lebih kompleks di masa depan. Mulailah dengan kumpulan yang sederhana dan secara bertahap perkenalkan variasi atau ekstensi. Mengajarkan kumpulan frasa dalam konteks membantu siswa memahami cara dan kapan menggunakannya.

Perkenalkan kumpulan frasa melalui dialog, cerita, atau peran situasi. Dengan cara ini, siswa dapat melihat frasa-frasa ini digunakan dalam tindakan dan berlatih menggunakannya dalam skenario kehidupan nyata. Dengan mempelajari kumpulan bahasa, siswa mendapatkan kepercayaan diri dan kelancaran, membuat komunikasi mereka lebih alami dan efektif.

Target Chunks:

  • “I would like to…”
  • “Do you want to…?”
  • “How about we…?”
  • “Let’s…”
  • “I prefer…”

Activities:

A. Warm-up:

Introduction: Introduce the concept of language chunks and explain their importance in everyday communication.

Modeling: Teacher uses each chunk in a sentence and provides examples. 

Example: “I would like to go to the park.” “Do you want to watch a movie?”

B. Guided Practice:

Repetition: Teacher says a chunk, and students repeat.

Substitution drills: Teacher provides a base sentence, and students change the activity or preference.

Example:

Teacher: “I would like to eat pizza.”

Students: “I would like to eat sushi.”

C. Pair Work:

Conversation practice: Students work in pairs to make plans using the target chunks.

Example dialogue:

Student A: “Do you want to go to the mall?”

Student B: “Yes, I would like to go to the mall.”

D. Group Activity:

Role Play: Create scenarios where students must make plans or express preferences.

Scenario: Planning a weekend outing.

Example:

Student A: “How about we go hiking?”

Student B: “I prefer going to the beach. Let’s go to the beach instead.”

E. Class Discussion:

Sharing: Ask groups to share their plans with the class using the target chunks.

Example: “We decided to go to the beach because we all like swimming.”

F. Interactive Game:

Game: Conduct a “Find Someone Who…” activity where students find classmates who match specific preferences.

Worksheet: “Find someone who prefers pizza over burgers.”

G. Review and Feedback:

Review: Recap the target chunks by writing them on the board and asking students to provide additional examples.

Feedback: Correct any common mistakes and reinforce the correct usage of the chunks.

6. Koreksi kesalahan secara langsung

Bayangkan mencoba mempelajari keterampilan baru, seperti bermain piano, dan tidak segera dikoreksi ketika melakukan kesalahan. Anda mungkin akan mengembangkan kebiasaan buruk yang sulit diubah nanti. Prinsip yang sama berlaku saat mempelajari bahasa baru.

Mengoreksi kesalahan secara sering membantu siswa belajar bentuk yang benar sejak awal. Tangani kesalahan saat terjadi untuk mencegah kebiasaan buruk terbentuk. Namun, koreksi kesalahan harus dilakukan dengan cara yang mendukung dan mendorong siswa, bukan membuat mereka merasa tidak mampu.

Gunakan penguatan positif dan koreksi yang lembut. Koreksi kesalahan secara langsung tetapi secara halus, sehingga alur percakapan tidak terganggu. Misalnya, jika seorang siswa mengatakan, “I enjoys reading,” Anda dapat mengulanginya, “I enjoy reading. Bagus, sekarang coba ucapkan dengan ‘enjoy’.”

Dorong koreksi diri untuk memperkuat pembelajaran dan meningkatkan kepercayaan diri. Ajukan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir tentang kesalahan mereka dan memperbaikinya sendiri. Misalnya, “Apakah itu terdengar benar?” atau “Bisakah Anda coba ulangi kalimat itu?”

Dengan mengoreksi kesalahan secara langsung dan mendorong koreksi diri, Anda membantu siswa membangun dasar yang kuat dan kepercayaan diri dalam keterampilan bahasa mereka.

7. Ajarkan singkatan sejak hari pertama

Bayangkan belajar berbicara bahasa baru, hanya untuk mengetahui nanti bahwa semua orang berbicara dengan cara yang berbeda dari yang diajarkan.

Menyebalkan, bukan?

Untuk membantu siswa terdengar lebih alami dan meningkatkan kelancaran mereka, perkenalkan kontraksi sejak hari pertama. Mengajarkan kontraksi seperti “I’m” daripada “I am” atau “they’re” daripada “they are” langsung mengenalkan siswa pada cara berbicara yang umum digunakan oleh penutur asli.

Saat teachers memperkenalkan frasa atau kalimat baru, sertakan kontraksi. Misalnya, ajarkan “I’m happy” bersamaan dengan “I am happy” Ini membantu siswa terbiasa mendengar dan menggunakan singkatan, membuat ucapan mereka lebih lancar dan alami.

Masukkan kontraksi/singkatan ke dalam pelajaran melalui latihan mendengarkan, dialog, dan peran situasi. Tunjukkan bagaimana kontraksi digunakan dalam percakapan sehari-hari dan berikan banyak kesempatan untuk berlatih. Dengan memulai kontraksi sejak awal, teachers mempersiapkan siswa untuk komunikasi yang lebih autentik dan lancar.

Summary

Ingat, kunci keberhasilan mengajar adalah kesabaran, kreativitas, dan konsistensi. Setiap siswa adalah unik, dan mengadaptasi strategi ini agar sesuai dengan kebutuhan mereka akan membantu mereka membangun dasar yang kuat dalam bahasa Inggris. Rayakan kemajuan mereka, betapapun kecilnya, dan dorong mereka dalam setiap langkahnya.

Dengan menerapkan tips ini, teachers tidak hanya akan membuat pelajaran lebih menarik dan interaktif namun juga memberdayakan siswa untuk berkomunikasi dengan percaya diri dalam Bahasa Inggris. Happy teaching!

Kursus Bahasa Inggris #1 di Indonesia

Di IELC, kami mengajarkan Bahasa Inggris dengan cara yang benar supaya kamu dapat cepat berbicara dengan percaya diri dan lancar. Inilah keahlian yang kamu butuhkan untuk untuk memaksimalkan potensi dan meraih impian di masa depan.

Di lingkungan belajar modern kami, kamu akan merasa nyaman dan bebas untuk mengekspresikan diri. 

Jangan khawatir, guru kami akan membimbingmu di setiap langkah proses pembelajaran untuk memastikan kamu mendapat hasil pembelajaran yang terbaik. 

IELC adalah Kampus Bahasa Inggris #1 di Indonesia. Kami menyediakan kursus Bahasa Inggris untuk anak, remaja, dan dewasa sebagai berikut:

Baik secara online maupun on campus, kami akan memberimu keahlian yang kamu butuhkan di masa depan. Hubungi kami hari ini dan ambil langkah pertama untuk menjadi lancar dan percaya diri.

Salam,

IELC Academic Director