On Campus English Lessons

8 hal yang saya pelajari setelah menjadi guru Bahasa Inggris

Menjadi seorang guru is an endless adventure!

Terkadang, saya masih tidak percaya bahwa saya sudah bekerja menjadi guru selama dua dekade! Oh, how time flies!

Ketika saya masih kecil, saya kira menjadi seorang guru bakalan mudah. Libur kerja ketika sekolah libur semester? Tinggal perintah dan murid akan ikuti? Kasih PR? Sign me up! Saya kira, kekurangan dari profesi guru hanyalah saya harus masuk kerja pagi sekali. 

Ha! Sungguh naif sekali saya dulu! 

Seiring saya beranjak dewasa dan ketika saya benar-benar belajar untuk menjadi seorang guru di universitas, saya tahu bahwa saya mau menghadapi tantangannya dengan memilih untuk fokus dalam mengajar Bahasa Inggris untuk penutur bahasa asing. 

Being able to speak English fluently is one thing, but being able to teach English is a completely different thing! 

With that being said, I wouldn’t change my job for anything! Menjadi guru memberi saya kepuasan batin yang saya yakin tidak bisa saya dapatkan dari pekerjaan lain. Melihat siswa-siswa saya menjadi percaya diri memberi rasa kebanggaan yang besar untuk saya. 

Still, even with what university has taught me and having lecturers as parents, there are some things that still manage to surprise me… 

1. Mengajar membutuhkan BANYAK energi 

Dari luar, mungkin profesi guru terlihat sebagai profesi yang secara fisik cukup santai, kecuali mungkin untuk guru olahraga. Tapi, percayalah, hal ini jauh dari kenyataan, terutama apabila kamu mengajar anak kecil! 

Entah bagaimana, anak-anak kecil ini punya begitu banyak energi dalam tubuh mungil mereka! Hasilnya, saya mengerti bahwa mode mengajar ‘normal’ – di mana saya menjelaskan materi di depan kelas dan mereka mencatat – tidak akan efektif untuk mereka. 

Tentu saja hal ini normal! We shouldn’t expect kids to behave like adults! Exploration is the key to learning! 

Untuk anak kecil, metode pembelajaran total physical response adalah salah satu metode yang cukup efektif! Ini berarti saya harus melakukan banyak aktivitas fisik setiap hari. Mulai dari menari sampai permainan seperti charades, role playing, dan lain-lain, semuanya! 

Mungkin ini tidak terdengar banyak atau melelahkan, namun coba kalikan ini selama 6-8 jam per hari, 5 hari per minggu, dan bayangkan dirimu sebagai seseorang berusia 40 sekian. It IS a lot! 

Sisi positifnya, hal ini membantu saya tetap fit so I can’t complain! 

Intinya, apabila kamu ingin berkarir sebagai guru, kamu harus bersiap cape secara fisik. Berbicara lantang selama 8 jam per hari juga bukan perkara remeh, jadi selalu sedia botol minum dan jangan lupa beri dirimu waktu untuk istirahat di hari libur!

Ingat, siswa sangatlah peka. Mereka bisa merasakan apabila kamu merasa capek dan malas mengajar, tidak soal seberapa pandai kamu menyembunyikannya. Jadi, sangat penting untuk benar-benar menunjukkan totalitas di setiap lesson. 

2. Seringkali, orang tua murid malah lebih menyulitkan dibanding siswa. 

Saya yakin semua guru pasti setuju!

Saya sangat menghargai orang tua yang ingin berperan aktif dalam pendidikan anak.

Hasil belajar yang terbaik bisa didapatkan saat orang tua lebih memiliki andil dalam proses pembelajaran anak.  

Tentunya, ini memiliki dampak positif ke semua pihak. Anak merasa lebih di support, orang tua menjadi lebih dekat dengan anak, dan sebagai guru, karena anak merasa lebih di support orang tua, mereka jadi lebih semangat belajar, sehingga tugas saya sebagai seorang guru menjadi lebih mudah. 

Namun, saya telah bertemu dengan tidak sedikit orang tua dengan ekspektasi yang kurang masuk akal. Mereka ingin anak mereka menjadi benar-benar lancar berbahasa Inggris hanya dalam satu bulan. Apabila kamu pernah mencoba belajar bahasa asing, kamu pasti setuju bahwa menjadi lancar dalam bahasa asing dalam waktu sebulan merupakan sesuatu yang hampir mustahil. 

Tentu saya bisa membuat anak Anda lebih lancar dan percaya diri dalam berbahasa Inggris dalam waktu sebulan. Namun, untuk benar-benar lancar tentu membutuhkan waktu lebih! 

3. SELALU buat rencana, tapi juga siap-siap kalau hal-hal tidak berjalan sesuai rencana. 

Bagi saya, hal yang paling bikin pusing saat memulai pekerjaan baru adalah ketika saya merasa sangat tidak terorganisir. Setelah pulang, saya biasanya akan buat rencana untuk hari berikutnya. Tapi saya tetap merasa tidak cukup dan kurang persiapan, tidak soal seberapa banyak saya buat rencana.

Hal yang membantu saya sebagai seorang guru adalah memiliki agenda atau planner fisik yang bisa saya cek sewaktu-waktu namun juga memasukkan jadwal saya ke kalender digital. Untuk kalender digital, saya menggunakan google calendar. Saya juga membuat daily and weekly to-do-lists. 

Ketika akhirnya saya sudah paham bagaimana caranya membuat persiapan, rasanya seperti pintu surga terbuka dan sinar mentari dengan lembut menyapa. Saya merasa…terbebas! Saya nggak perlu lagi buru-buru membuat lesson plan, menilai pekerjaan siswa, dan menulis report. 

Namun, seperti sudah saya bilang, be prepared that your plan will not go… as planned. 

Walau saat itu saya baru bekerja sebagai guru selama sebulan, saya sudah memahami bahwa banyak hal yang bisa menjadi kacau balau setiap harinya. 

Sometimes plans just don’t work out and that’s okay! 

If something unexpected happens at the last minute, just go with the flow! Kamu akan merasa lebih baik daripada apabila kamu terus-terusan mengkhawatirkan your perfect plan. 

Jadi intinya, always have a plan. Namun kamu juga harus siap untuk mengubah plan mu sewaktu-waktu. Cobalah untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya daripada panik, karena perubahan mendadak memang bagian dari hidup. 

This applies to both teaching and just life in general! 

4. Tak disangka-sangka…Saya ternyata bisa menyesuaikan! 

SEMUA guru harus bisa beradaptasi. Seperti yang sudah saya bilang, banyak hal di luar rencana yang bisa terjadi setiap harinya. Menurut saya, adaptasi adalah salah satu kemampuan terpenting yang harus dimiliki seorang guru yang harus lebih disorot lagi. 

Maksud saya, seperti yang telah kita semua alami, pandemi covid-19 telah mengubah segalanya. Dalam 2 dekade pengalaman saya sebagai guru, saya belum pernah mengajar secara online. Namun, karena pandemi, saya jadi harus mengajar online! 

Tentu, saya tidak ingin pengalaman belajar siswa-siswa saya menurun karena pandemi ini. Jadi, dengan tekad untuk menyesuaikan diri dan belajar, saya maju terus! 

Dua  tahun terakhir ini, proses mengajar mengalami jungkir balik. Mengajar online membuat saya belajar bahwa apa yang efektif di pembelajaran face-to-face tidak selalu berarti bahwa metode yang sama akan tetap efektif dalam pembelajaran virtual. Academic councils kami harus membayangkan dan memperlengkapi sistem pembelajaran agar bisa menyampaikan kurikulum dengan efektif. 

Mempelajari teknologi baru, perubahan peraturan dan undang-undang, perubahan jadwal, dan belajar banyak hal baru di saat yang bersamaan telah menunjukkan kemampuan adaptasi yang tinggi yang saya miliki dan juga seluruh guru di Indonesia (dan penjuru dunia!) juga bisa begitu. 

So, cheers to that! 

5. Terkadang, mengajar siswa dewasa bisa menjadi lebih sulit daripada mengajar siswa anak-anak 

Saya tidak tahu apakah hal ini juga sama di mata pelajaran lain, namun hal ini benar adanya dalam pembelajaran bahasa asing! 

Tentu, mengajar siswa dewasa ada kelebihannya sendiri: siswa dewasa jauh lebih bisa mengontrol diri, biasanya datang ke kelas dengan buku lengkap (tidak ketinggalan di rumah!) dan secara umum, lebih bisa fokus. 

Namun, terkadang, siswa dewasa telah mendapat fondasi Bahasa Inggris yang salah, mungkin dari guru sekolahnya dulu atau dari teman, sehingga, there are things that they need to unlearn. 

Here’s the thing – in most cases, unlearning is even more difficult than learning! 

6. Masuk ke dalam dunia siswa itu sangat penting 

Saya mengajar siswa dari berbagai kelompok usia dan untuk setiap kelompok, saya selalu berusaha untuk memahami dan masuk ke dunia mereka. 

Untuk siswa anak kecil, seperti contohnya anak TK dan SD, saya akan selalu berusaha untuk mencerahkan dunia mereka. Anak kecil membutuhkan sosok yang lembut dan mengayomi, dan saya selalu berupaya untuk menjadi sosok seperti itu. Tentu, mereka juga butuh untuk have fun! Learning should never be a bore! 

Jadi, ketika mengajar kelompok usia ini, ekspresi saya seringkali sangat ceria. Saya sering bertanya tentang kesukaan dan hobi mereka and i’d reference game, kartun, atau film yang mereka sukai atau yang sedang trending (betapa saya sangat familiar dan hafal lagu-lagu pinkfong sekarang)…

Mengajar usia remaja selalu membuat saya merasa tua. Setiap minggu, selalu ada lingo atau meme baru yang saya nggak paham artinya. Saya merasa bahwa untuk menjalin relasi dimana kami bisa saling connect, saya paling tidak harus sedikit paham dengan lingo mereka. 

Contohnya, tahu nggak kalau “bet” itu seperti “yes”? 

“Hey, wanna grab lunch together later?” 

“Bet.” 

Contoh lain, dulu waktu saya remaja, title ‘best friend’ itu lumayan keramat. Tidak sembarang orang bisa mendapat title ini. Tapi sekarang, para remaja ini memanggil semua orang “bestie”. Tentu ini bukan hal buruk, but it’s a bit jarring for me!

Para remaja ini juga mengajari saya artis-artis yang sedang trending. Taylor Swift cukup populer dari dulu hingga sekarang. Murid saya 7 tahun yang lalu sampai sekarang pun masih mengomongkan Taylor Swift. Namun, artis yang populer sekarang, based on what the students tell me anyway, adalah Olivia Rodrigo dan… BTS?

Menunjukkan bahwa saya terbuka untuk memasuki dunia mereka dan tertarik untuk tahu lebih jauh dengan hobi dan kesukaan mereka truly makes a difference when it comes to teaching teenagers. 

Menanyakan hobi dan kesukaan mereka memberikan saya a good starting point karena saya jadi bisa menghubungkan kesukaan mereka dan learning objective hari itu. 

Siswa dewasa biasanya sudah memiliki tujuan yang jelas. Bisa jadi mereka ingin meningkatkan conversation skill atau ingin menyiapkan diri untuk ujian kemampuan Bahasa Inggris (misalnya IELTS atau TOEFL) atau belajar Bahasa Inggris untuk karir spesifik (misalnya English for business atau English for nursing) jadi saya berusaha untuk membantu mereka meraih target mereka dalam waktu sesingkat mungkin. 

7. Anak-anak memperhatikan SEMUANYA

Holy moly do they have eagle eyes! 

Mereka benar-benar memperhatikan segalanya!

Mulai dari typo, ketika saya baru potong rambut, sepatu baru, baju kusut yang nggak sempat saya setrika, they miss NOTHING! 

Dan mereka nggak malu untuk langsung mengatakan hal-hal itu padamu! 

Suatu hari, ada seorang siswa yang nggak ada petir nggak ada hujan tiba-tiba bilang ke saya:

“Hey, Mister. New haircut? You look weird.” 

Man, that really humbled me. 

8. Bahasa Inggris dibutuhkan di berbagai bidang – termasuk bidang yang tidak terpikirkan akan membutuhkan bahasa Inggris 

Tentu kita sudah tahu bahwa beberapa profesi memang membutuhkan Bahasa Inggris. Namun, ketika kita berpikir tentang profesi yang butuh Bahasa Inggris, kita cenderung berpikir tentang orang yang bekerja di bidang bisnis – mungkin public relation? Mungkin sebagian dari kita juga berpikir dokter. Walaupun kamu menuntut studi kedokteran di dalam negeri, banyak universitas yang mengharuskanmu untuk mendapat skor tertentu di TOEFL untuk mengambil studi dokter spesialis. 

Tapi, kaget nggak apabila saya bilang bahwa ternyata polisi dan tentara juga butuh Bahasa Inggris?

Saya pernah mengajar seorang polisi yang ingin melanjutkan pendidikannya di bidang public policy yang mengharuskannya lulus tes IELTS.

Saya juga pernah mengajar seorang wanita yang mendirikan organisasi non-profitnya sendiri. Ia ingin belajar Bahasa Inggris sehingga ia bisa menuliskan organisasi dan misinya dalam Bahasa Inggris sehingga lebih banyak orang bisa tahu mengenai organisasinya. 

Intinya, Bahasa Inggris memang benar-benar open up a lot of opportunities. Melihat siswa saya bisa belajar dan mendapat banyak pengalaman baru karena mereka bisa berbahasa Inggris benar-benar membuat saya bangga!

Akhir kata 

Mengajar, seperti semua profesi lain, has its ups and downs. Namun, apa yang membuat saya betah mengajar adalah saya bisa melihat langsung the impacts I have on my students every single day! Terkadang, mengajar bisa terasa sangat melelahkan, but I wouldn’t trade it for anything! Saya merasa saya bertumbuh bersama dengan siswa saya. In a way, we constantly learn from each other. So, join my class and let’s learn together! 

Ingin berbahasa Inggris dengan lancar?

Kebanyakan orang di Indonesia malu bicara Bahasa Inggris di depan publik. Mereka takut salah dan tidak percaya diri saat harus bicara dalam Bahasa Inggris. 

Ini akibat dari pengajaran Bahasa Inggris yang salah!

Mereka tidak hanya kehilangan waktu dan uang, lebih parah lagi mereka mendapat dasar Bahasa yang salah yang susah diperbaiki. Akhirnya, mereka menjadi bosan dan kehilangan percaya diri. 

Ini adalah kesalahan yang fatal! 

Kursus Bahasa Inggris #1 di Indonesia 

Di IELC, kami mengajarkan Bahasa Inggris dengan cara yang benar supaya kamu dapat cepat berbicara dengan percaya diri dan lancar. Inilah keahlian yang kamu butuhkan untuk untuk memaksimalkan potensi dan meraih impian di masa depan.

Di lingkungan belajar modern kami, kamu akan merasa nyaman dan bebas untuk mengekspresikan diri. 

Jangan khawatir, guru kami akan membimbingmu di setiap langkah proses pembelajaran untuk memastikan kamu mendapat hasil pembelajaran yang terbaik. 

IELC adalah Kampus Bahasa Inggris #1 di Indonesia. Kami menyediakan kursus Bahasa Inggris untuk anak, remaja, dan dewasa sebagai berikut:

Baik secara online maupun on campus, kami akan memberimu keahlian yang kamu butuhkan di masa depan. Hubungi kami hari ini dan ambil langkah pertama untuk menjadi lancar dan percaya diri. 

Salam, 

Anthony McCormick, 

IELC Managing Director