Kids Raising Up Hand in English Lessons On Campus

Di kelas, salah satu kendala terbesar yang mungkin teachers temui  adalah menghadapi siswa dengan perilaku bermasalah.

Masalah perilaku tidak hanya mempengaruhi proses belajar mengajar dan kendali kelas, tetapi juga mengganggu produktivitas kelas secara keseluruhan.

Siswa  dengan perilaku bermasalah biasanya tidak melakukannya ‘hanya karena mereka ingin’. Sering kali ada alasan di balik perilaku mereka atau mungkin itu satu-satunya cara mereka memberitahu bahwa ada sesuatu yang salah. 

Semua perilaku adalah bentuk komunikasi. Oleh karena itu, penting bagi teachers untuk memahami penyebab masalah perilaku tersebut dan mengetahui strategi apa yang akan membantu teachers untuk  menghadapinya.

1. Beritahu dengan jelas perilaku yang teachers harapkan

Penjelasan yang paling efektif adalah dengan menunjukkan. Jadilah role model perilaku yang teachers harapkan dari siswa. Jika teachers ingin mereka tertib misalnya, teachers bisa memberi contoh dengan selalu memulai kelas dengan on time. 

Ketika teachers ingin mereka belajar mempertimbangkan perasaan teman sekelas, tentu sebelumnya harus menunjukkan kalau teachers pun mempertimbangkan perasaan mereka. Memvalidasi perasaan apapun yang mereka rasakan.

Teachers juga bisa mendiskusikan bersama siswa di awal semester tentang perilaku apa saja yang bisa diterima dan tidak bisa diterima di kelas. Kesepakatan ini adalah bagian dari manajemen kelas  yang bisa teachers terapkan.

2. Selalu gunakan kalimat positif

Tujuan yang sama dapat memberikan dampak yang berbeda ketika disampaikan dalam kalimat yang berbeda lho, teachers. Sebagai contoh, ‘don’t be rude to your friend, Luigi!’ dengan ‘be polite, Luigi.’ Menggunakan kalimat positif dalam instruksi akan memberikan hasil yang lebih baik bagi mental siswa.

3. Kenali  perilaku yang sebenarnya

Seringkali perilaku bermasalah yang ditunjukkan oleh siswa bukanlah perilaku yang sebenarnya, melainkan hanya ekspresi perasaannya. Penting sekali bagi teachers untuk bisa mengenali keinginan siswa yang sebenarnya dibalik perilakunya yang bermasalah.

Sebagai contoh, siswa yang tiba-tiba berteriak-teriak di kelas misalnya, bisa jadi hal itu adalah ekspresi kekesalannya karena keinginannya untuk mendapat perhatian tidak terpenuhi. Untuk hal ini, teachers bisa mengambil jeda sebentar fokus pada siswa tersebut. Dengan tenang menanyakan perasaan dan keinginannya. 

Dengan demikian teachers sudah menunjukkan bahwa teachers memperhatikan dan memvalidasi perasaan siswa tersebut sekaligus memenuhi kebutuhannya akan perhatian. Siswa akan mudah memahami dan belajar akan perilaku baru yang lebih positif ketika mereka sadar bahwa kebutuhan mereka bisa terpenuhi dengan sikap tenang dan tanpa melalui hukuman.

4. Gunakan solusi yang kolaboratif

Alih-alih berusaha menghilangkan kebiasaan atau perilaku negatif yang terjadi di dalam kelas, akan lebih baik jika teachers fokus pada menciptakan kebiasaan/perilaku positif di kelas. Identifikasi perilaku dan kebiasaan positif yang teachers inginkan dari kelas kemudian pikirkan cara untuk mengkomunikasikan hal tersebut kepada seluruh siswa.

Teachers bisa membuka diskusi yang melibatkan kelas, ajak siswa untuk memberikan pendapat mereka tentang kelas yang mereka inginkan. Kemudian buat pengingat kesepakatan kelas. Bisa berbentuk poster mini yang ditempelkan di dinding kelas, misalnya. 

Aktivitas yang mendorong keterlibatan siswa akan memberikan hasil yang lebih baik ketimbang mendikte apa yang harus mereka lakukan. Melibatkan siswa dalam hal ini penting, karena memberi mereka rasa memiliki dan pada gilirannya komitmen yang lebih besar untuk mengikuti kesepakatan itu sendiri.

Hal ini juga akan melatih rasa tanggungjawab dan kedewasaan mereka lho, teachers.

5. Sudut tenang untuk refleksi

Jika ada, teachers boleh juga menggunakan ruangan. Intinya, ada ruang dan waktu khusus bagi siswa untuk menenangkan diri setelah mereka menunjukkan perilaku yang menyulitkan. Ini semacam ‘time out’ bagi siswa sehingga mereka bisa melakukan refleksi.

Jadi bukan sebagai hukuman ya, teachers.

Siswa juga boleh membawa barang favoritnya jika memang ada, untuk membantunya merasa tenang. Saat melakukan self refleksi, siswa juga belajar untuk lebih mengenali dan aware akan perasaannya dan tindakannya. 

6. Gunakan positive reinforcement 

Jeli mengenali perilaku dan prestasi yang baik adalah kunci dalam hal ini, teachers. 

Sebagian anak-anak memang menunjukkan perilaku sulit dan menantang di masa kanak-kanak mereka. Namun perlu diingat, mereka juga menunjukkan pencapaian yang kerap kali luar biasa dengan mempelajari hal-hal baru dan membuat kemajuan setiap harinya.

Setiap kali siswa bersikap dan berperilaku baik, buatlah itu diketahui. Tidak hanya oleh teachers, namun juga seluruh kelas! Umumkan di depan kelas dan tunjukkan betapa bangga teachers akan hal tersebut.

Cara ini akan memotivasi siswa untuk melakukan hal yang sama demi mendapatkan respon serupa.

7. Buat support system

Support system terbaik untuk teachers adalah orangtua.

Mempertahankan komunikasi yang teratur dengan orang tua sangat penting untuk mengelola perilaku yang bermasalah dari siswa. Pertahankan orang tua siswa  dalam circle ketika anak mereka bermasalah. Sehingga teachers bisa mengkomunikasikan hal tersebut dan memastikan bahwa mereka menetapkan peraturan yang sama di rumah dengan yang teachers miliki di sekolah.

Waw! Memang melatih kesabaran ya, teachers…

Namun jangan khawatir, hampir semua anak pernah menunjukkan perilaku bermasalah dari waktu ke waktu, di berbagai lingkungan, dan karena berbagai alasan. Selama teachers  memiliki strategi untuk menghadapinya, dan memahami alasan mengapa hal itu terjadi, teachers dapat menanganinya secara efektif dan meminimalkan gangguan di kelas.

Semangat!

Siap mengembangkan diri kalian sebagai seorang edukator?

Di IELC, kami memberi kalian kesempatan untuk bergabung dengan komunitas guru yang hebat, mengembangkan potensi kalian, dan membentuk masa depan Indonesia dengan mengajar Bahasa Inggris kepada generasi berikut dengan cara yang tepat.

Kalian juga akan mendapatkan akses ke pelatihan yang berkesinambungan, pengembangan diri, dan bisa bertemu dengan rekan kerja tim yang luar biasa dan punya cara pikir yang sama dengan kalian.

Ambil langkah pertama kalian ke dalam lingkungan kerja yang suportif dan fun,, gali potensi kalian, dan nikmati hasilnya di IELC!

Salam,

Anthony McCormick

IELC Managing Director