
15 Tantangan Terbesar Anak Saat Belajar Bahasa Inggris Online
Belajar Bahasa Inggris secara online untuk anak-anak sedang jadi tren. Tapi kenyataannya, ini bukan cuma soal hafalan ABC atau senyum-senyum di Zoom. Dari layar yang tiba-tiba ngelag sampai konsentrasi yang cepat buyar, belajar bahasa baru lewat layar bisa terasa seperti mengejar kupu-kupu di tengah badai.
Entah si kecil baru mulai belajar atau sudah bisa bilang “What’s your name?”, belajar Bahasa Inggris online pasti punya tantangannya sendiri.
Jadi, apa aja sih yang bikin proses ini menantang? Yuk, simak 15 tantangan utama anak-anak saat belajar Bahasa Inggris online, lengkap dengan contoh nyata, tips seru, dan trik jitu dari para ahli. Temukan juga bagaimana IELC bisa bikin belajar Bahasa Inggris jadi menyenangkan dan efektif buat anak Anda!

1. Burnout Emosional
Bayangkan ini: setelah sekolah online, les piano, lalu langsung lanjut kelas Bahasa Inggris. Nggak heran kalau anak-anak gampang lelah secara emosional. Yang awalnya semangat, bisa berubah jadi ogah-ogahan. Tanda-tandanya? Menangis sebelum kelas, menolak login, atau bahkan diam membisu sepanjang sesi.
Salah satu orang tua bercerita, anaknya jadi makin tertutup sampai akhirnya ia mencoba sesi belajar yang lebih singkat, jaraknya diberi jeda, dan isinya penuh nyanyian dan cerita. Hasilnya? Anak itu kembali ceria! Bahkan sesi “lucu-lucuan 5 menit” sebelum mulai belajar berhasil mengubah suasana hati.
Jangan anggap main dan istirahat cuma bonus buat anak-anak, itu kebutuhan agar mereka tetap semangat dan bahagia belajar dalam jangka panjang.
2. Rentang Fokus yang Pendek
Anak-anak memang tidak dirancang untuk duduk diam dan fokus berjam-jam, apalagi di depan layar. Mereka butuh gerak, bermain, dan stimulasi konstan. Itu sebabnya sesi online yang terlalu panjang sering berujung pada gelisah, melamun, bahkan tantrum.
Solusinya? Bikin pelajaran jadi hidup! Misalnya lewat permainan cepat, petualangan harta karun virtual, atau sesi bercerita yang mengajak mereka bergerak dan merespons. Kegiatan yang melibatkan menggambar, bernyanyi, atau bahkan menari mengikuti lagu kosakata bisa membuat perbedaan besar.
3. Pelajaran yang Membosankan dan Itu-itu Saja
Anak yang paling semangat pun bisa bosan kalau setiap kelas terasa seperti pengulangan. Drill tanpa henti dan worksheet kaku bisa jadi jalan pintas menuju rasa jenuh. Program belajar yang baik tahu cara menjaga variasi dan unsur bermain.
Coba bayangkan kelas dengan permainan peran, hari kostum, proyek bertema, atau tantangan seru seperti dalam episode petualangan. Anak-anak jadi penasaran: “Hari ini bakal ngapain, ya?” Dan itulah kuncinya pelajaran yang terasa seperti serial favorit bikin mereka nggak sabar buat belajar lagi.
4. Kurangnya Personalisasi
Setiap anak punya minat dan gaya belajar yang berbeda. Tapi sayangnya, banyak program online masih pakai pendekatan “cookie-cutter approaches” alias satu resep untuk semua. Padahal, pelajaran yang melibatkan hewan favorit, hobi kesukaan, atau tokoh idola anak bisa bikin mereka semangat dan lebih mudah menyerap kosa kata baru.
Guru yang cakap bisa cepat menyesuaikan. Pernah ada murid yang suka banget sama penyihir. Langsung deh, gurunya ubah kata kerja jadi jurus sihir. “Jump”, “fly”, dan “run” berubah jadi mantra ajaib—dan belajar pun jadi seru banget!
5. Pemalu atau Kurang Percaya Diri
Banyak anak merasa malu dengan kemampuan Bahasa Inggris mereka. Dan berbicara di depan webcam malah bikin tambah gugup. Mereka jadi ragu-ragu, pelan ngomongnya, atau bahkan memilih diam. Kalau belajar terasa menegangkan, rasa percaya diri bisa langsung anjlok.
Karena itu, menciptakan suasana yang hangat dan bebas penilaian itu penting banget. Guru bisa pakai karakter lucu, properti mainan, atau suara aneh buat menunjukkan bahwa salah itu wajar dan belajar memang serunya di situ.
6. Pengalaman Buruk di Masa Lalu
Satu pengalaman buruk saja, misalnya ditertawakan karena salah ucap atau dimarahi karena nggak jawab, bisa bikin trauma lho. Anak jadi masuk kelas baru dengan rasa takut gagal. Makanya, momen-momen positif di awal itu sangat penting.
Pernah ada guru yang membuka sesi pertama dengan tantangan: “Tunjukkan ekspresi wajah paling konyol di kamera!” Tawa pun pecah, dan anak yang sebelumnya hampir nggak pernah bicara langsung ikut terlibat. Humor, kehangatan, dan apresiasi langsung terhadap usaha (bukan sekadar hasil) bisa membalikkan suasana. Saat kelas terasa aman, anak pun berani bersinar.
7. Instruksi yang Tidak Jelas
Anak-anak butuh kejelasan untuk merasa aman dan percaya diri. Tapi sayangnya, banyak kelas online dimulai tanpa struktur yang jelas. Anak jadi bingung: kapan harus bicara, bagaimana menjawab, atau apakah mereka sudah “benar”. Kebingungan ini sering berujung pada diam seribu bahasa, gelisah, atau bahkan kehilangan fokus.
Di salah satu kelas, guru menyiasatinya dengan isyarat tangan sederhana: jempol untuk “ya,” tangan menyilang untuk “nggak ngerti.” Setelah beberapa sesi, tingkat partisipasi melonjak drastis!
Membiasakan isyarat-isyarat ini, menampilkan jadwal visual di awal kelas, atau main kuis “apa yang harus kita lakukan kalau…” bisa bantu menciptakan struktur tanpa bikin tegang.
8. Terlalu Banyak Belajar Pasif
Terlalu sering, pelajaran online jadi acara nonton layar tanpa interaksi. Padahal bahasa itu bukan tontonan tapi keterampilan yang harus digunakan. Setiap pelajaran sebaiknya mengajak anak berbicara, mendengar, merespons, dan mencipta.
Contohnya? Bermain peran, perburuan kata, atau membuat kerajinan dengan petunjuk dalam Bahasa Inggris. Dalam satu kelas, anak-anak diminta membuat roket kertas sambil mengikuti instruksi hasilnya? Fokus penuh dan banyak kata kerja baru yang mereka kuasai.
9. Gangguan di Rumah
Rumah itu penuh godaan: suara TV, adik yang ribut, mainan yang cuma sejengkal dari jangkauan. Nggak heran kalau ada anak yang terus muter kursi, atau tiba-tiba menghilang dari kamera karena ngejar kucing.
Solusinya? Bikin “pojok kelas” di rumah, cukup meja kecil, boneka kesayangan sebagai teman belajar diam, dan beberapa poster penyemangat. Seorang anak 5 tahun bisa bertahan belajar selama 30 menit penuh berkat suasana belajar seperti itu.
Orang tua juga bisa bantu dengan aturan sederhana saat kelas: matikan TV, tahan dulu camilan, dan beri adik waktu mainnya setelah kakaknya selesai belajar. Perubahan kecil di lingkungan bisa berdampak besar.
10. Tidak Ada Rutinitas
Tanpa jadwal tetap atau ruang belajar yang konsisten, anak bisa lupa jadwal atau merasa belajar itu “opsional”. Padahal, anak-anak butuh rutinitas untuk berkembang.
Solusinya gampang tapi efektif: buat kalender visual berisi jadwal kelas, pilih satu “spot belajar” yang selalu dipakai, dan ciptakan kebiasaan seru, misalnya pakai “topi belajar” khusus sebelum mulai kelas.
Kalau anak melihat Bahasa Inggris sebagai bagian rutin dan menyenangkan dari hidupnya, peluang untuk menyerap pelajaran jadi jauh lebih besar.
11. Minimnya Interaksi Sosial
Anak-anak belajar bahasa lewat ngobrol, meniru, dan bermain bareng. Di kelas online, momen-momen alami ini sering hilang. Susah untuk angkat tangan, cekikikan bareng teman, atau saling lempar lelucon. Akibatnya, Bahasa Inggris terasa seperti mata pelajaran yang harus “dijalanin,” bukan dinikmati.
Solusinya? Masukkan permainan berpasangan, breakout room kecil, atau aktivitas giliran sederhana. Salah satu kelas pernah mengubah sesi perkenalan jadi permainan “teman misterius” anak-anak yang tadinya pendiam langsung tertawa riang!
12. Materi yang Terlalu Dewasa
Nggak semua materi “Bahasa Inggris untuk anak” benar-benar ramah anak. Worksheet panjang dengan teks membosankan atau penjelasan grammar yang abstrak bisa bikin anak cepat bosan atau malah jadi rewel.
Contohnya, seorang anak 7 tahun yang selalu mengeluh setiap kali lihat worksheet mendadak jadi semangat belajar saat gurunya mengganti materi dengan permainan peran yang melibatkan karakter kartun favoritnya!
Anak-anak butuh pelajaran yang sesuai dunia mereka: visual cerah, cerita yang relate, dan isi yang mereka suka. Coba nyanyi lagu tentang makanan sarapan, mendeskripsikan monster lucu, atau bikin kebun binatang imajinasi dengan banyak kata sifat. Kalau pelajaran dimulai dengan “berbicara dalam bahasa kanak-kanak mereka” mereka pasti akan dengar.
13. Jauh dari Budaya Aslinya
Belajar Bahasa Inggris bukan cuma soal hafalan kosakata tapi juga membuka jendela ke dunia baru. Kalau tanpa konteks, pelajaran bisa terasa hampa. Tapi ketika Bahasa Inggris dikaitkan dengan lagu, kartun, tradisi liburan, atau resep masakan, pelajaran itu jadi hidup!
Misalnya: nonton Paddington bareng keluarga atau coba bikin scone khas Inggris itu cara menyenangkan buat memperkuat pelajaran. Membangun jembatan antara bahasa dan kehidupan sehari-hari adalah kunci agar anak merasa terhubung.
14. Peran Orang Tua: Terlalu Banyak atau Terlalu Sedikit
Menemukan peran yang pas untuk orang tua itu tricky. Terlalu banyak bantu, anak jadi tergantung. Terlalu cuek, anak bisa merasa sendiri. Orang tua sebaiknya menciptakan struktur dan dukungan, tapi tetap membiarkan anak berpikir dan bicara sendiri.
Cukup mengamati dari kejauhan, siap memberikan pujian atau bantuan kecil, dan mengulas pelajaran bareng setelah kelas biasanya jauh lebih efektif daripada duduk nempel sepanjang sesi.
15. Masalah Teknis
Internet ngadat, video ngelag, atau mikrofon error bisa langsung merusak konsentrasi anak. Masalah ini nggak cuma ganggu alur belajar, tapi juga bikin anak enggan ikut kelas lagi.
Bekali anak dengan skill troubleshooting dasar dan ciptakan sudut belajar yang tenang dan terang. Checklist kecil sebelum kelas juga sangat membantu: mic nyala? kamera bersih? Wi-Fi stabil?
Di IELC, kami percaya belajar Bahasa Inggris harus terasa seperti petualangan yang menyenangkan bukan sekadar tugas digital yang harus diselesaikan.
Karena itu, program kami dirancang untuk:
- Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepercayaan diri anak
- Dipandu guru-guru berpengalaman yang ramah dan tahu cara menginspirasi
- Disesuaikan dengan minat dan kecepatan belajar anak
- Fleksibel bisa kelas privat atau kelompok, sesuai kebutuhan keluarga Anda.
- Mau anak Anda baru mulai belajar atau ingin melangkah lebih jauh, IELC siap mendampingi setiap langkahnya.
Hubungi kami dan yuk, jadikan Bahasa Inggris pelajaran favorit mereka!
Ingin berbahasa Inggris dengan lancar?
Kebanyakan orang di Indonesia malu bicara Bahasa Inggris di depan publik. Mereka takut salah dan tidak percaya diri saat harus bicara dalam Bahasa Inggris.
Ini akibat dari pengajaran Bahasa Inggris yang salah!
Mereka tidak hanya kehilangan waktu dan uang, lebih parah lagi mereka mendapat dasar Bahasa yang salah yang susah diperbaiki. Akhirnya, mereka menjadi bosan dan kehilangan percaya diri.
Ini adalah kesalahan yang fatal!
Kursus Bahasa Inggris #1 di Indonesia
Di IELC, kami mengajarkan Bahasa Inggris dengan cara yang benar supaya kamu dapat cepat berbicara dengan percaya diri dan lancar. Inilah keahlian yang kamu butuhkan untuk untuk memaksimalkan potensi dan meraih impian di masa depan.
Di lingkungan belajar modern kami, kamu akan merasa nyaman dan bebas untuk mengekspresikan diri.
Jangan khawatir, guru kami akan membimbingmu di setiap langkah proses pembelajaran untuk memastikan kamu mendapat hasil pembelajaran yang terbaik.
IELC adalah Kampus Bahasa Inggris #1 di Indonesia. Kami menyediakan kursus Bahasa Inggris untuk anak, remaja, dan dewasa sebagai berikut:
- Kelas online anak
- Kelas online remaja
- Kelas online dewasa
- Kelas on campus anak
- Kelas on campus remaja
- Kelas on campus dewasa
- Kelas online dan on campus IELTS
- Kelas online dan on campus TOEFL PBT
- Kelas online dan on campus TOEFL iBT
Baik secara online maupun on campus, kami akan memberimu keahlian yang kamu butuhkan di masa depan. Hubungi kami hari ini dan ambil langkah pertama untuk menjadi lancar dan percaya diri.
Salam,
Anthony McCormick,
IELC Managing Director